Nationalgeographic.co.id—Penulis Travels into Spain Marie-Cathérine le Jumel de Barneville (Madame d'Aulnoy) mengungkapkan kesannya terhadap tren kecantikan di Spanyol. Ia berkomentar perihal warna kulit wanita Spanyol, “Saya belum pernah melihat udang karang rebus dengan warna yang lebih indah.”
Efek kemerahan yang mengejutkan penulis dihasilkan oleh pemerah pipi yang diaplikasikan dalam jumlah yang mengejutkan.
Madame d'Aulnoy menceritakan bagaimana seorang wanita Spanyol mengambil secangkir penuh pemerah pipi. Dengan kuas besar, wanita itu mengoleskannya di pipi, dagu, di bawah hidung, di bawah alis dan di sekitar telinga. Selain itu juga di bawah hidung, di bawah alis dan di sekitar telinga, bagian dalam tangan, jari-jarinya, dan bahunya.
Madame d’Aulnoy mengingat kembali pengalamannya tinggal di Spanyol pada tahun 1670-an. Tahun itu adalah masa-masa terakhir dari edad de oro atau zaman keemasan Spanyol.
Masa itu dimulai dengan kebangkitan Spanyol sebagai kerajaan adidaya di Eropa dan kolonisasi wilayah Amerika Tengah dan Selatan pada 1492. Namun masa keemasan Spanyol memudar seiring dengan memburuknya masalah ekonomi Spanyol pada akhir tahun 1600-an.
Selama zaman keemasan berlangsung, banyak aspek budaya Spanyol, termasuk sastra dan teater, diselenggarakan secara mewah. Para pelancong mendokumentasikan bagaimana kekayaan dan kekuasaan yang besar di kerajaan ini tercermin dalam penampilan perempuan. Richard Wynn, seorang politikus, menemani Pangeran Charles I dari Inggris dalam perjalanan ke Spanyol pada tahun 1623.
Wynn menulis, “Dari semua wanita ini, saya berani bersumpah, tidak ada satu pun yang tidak dicat. Begitu jelas sehingga Anda akan mengira mereka lebih suka memakai topeng daripada wajah mereka sendiri.”
Perubahan ekstrem dalam sejarah Spanyol
Menurut sejarawan budaya Amanda Wunder, “Spanyol sedang menuju ke arah yang berbeda dibandingkan negara-negara benua Eropa lainnya. Jika orang Prancis dan Inggris lebih condong ke arah kulit alami, kecantikan orang Spanyol adalah tentang riasan yang paling mewah dan rumit.”
Anggota kerajaan Spanyol menetapkan standar bagi masyarakat lainnya. Pada saat itu, orang-orang kaya sudah lebih terlihat di depan umum dibandingkan pada era Abad Pertengahan.
Bangsawan dan keluarga kerajaan muncul secara teratur di teater. Ide-ide keindahan yang mereka pancarkan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat.
“Semua orang memakai riasan berlapis, mulai dari ratu hingga kalangan bawahnya. Tren kecantikan ini adalah fenomena lintas kelas,” jelas Wunder.
Untuk mencapai penampilan yang diidam-idamkan di masa keemasan Spanyol, para wanita harus melalui proses perawatan yang panjang dan rumit. Mereka bahkan mempunyai ruangan khusus yang disediakan untuk tujuan tersebut.
Semacam kamar kerja, ruangan tersebut dikenal sebagai tocador. Istilah ini awalnya digunakan untuk menyebut topi yang dikenakan pria dan wanita saat tidur. Namun kemudian merujuk pada ruangan itu sendiri.
Tocador adalah tempat para wanita berpakaian dan merawat rambut serta riasan mereka. Di sinilah para wanita menyimpan perawatan kulit dan rambut, riasan, dan perlengkapan kecantikan. Kotak yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan kecantikan ini disebut juga tocador.
Beberapa dari kotak ini dibuat dengan indah. Di dalamnya, kosmetik disimpan dalam pot dan botol, dan di tengahnya ada cermin kecil. Tergantung pada kekayaan seorang wanita, cermin memiliki bingkai mewah dari kayu eboni India, kayu berwarna, atau bahkan perak.
Rambut pirang dan wajah pucat pasi
Di Spanyol abad ke-17 dan sekitarnya, kecantikan feminin yang ideal adalah rambut pirang dan wajah pucat pasi. Di Spanyol, memutihkan wajah merupakan praktik yang relatif umum bagi perempuan.
Soliman, kosmetik yang terbuat dari bahan merkuri, digunakan untuk tujuan ini. Komposisi kimianya dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit. Sementara itu, pemutih yang diencerkan dengan kekuatan berbeda-beda digunakan untuk mencerahkan rambut.
Seperti yang pernah diamati oleh Madame d'Aulnoy, pemerah pipi wajib dimiliki oleh setiap wanita Spanyol. Dikenal dalam bahasa Spanyol sebagai color de granada (warna delima), dijual dalam bentuk lembaran kertas yang disimpan dalam cangkir kecil yang disebut salserillas.
Setelah membuat wajah jadi sangat pucat, para wanita kemudian mengecat bibir dan pipi mereka dengan pemerah pipi. Mereka juga menggelapkan alis dengan campuran alkohol dan mineral hitam. Untuk menjaga tangan mereka tetap putih dan lembut, mereka mengoleskan pasta yang terbuat dari almond, mustard, dan madu.
Di antara bahan kimia lain yang digunakan dalam produk, belerang mungkin yang paling banyak digunakan. Beberapa komponen ini berbahaya. Wanita kadang-kadang memutihkan wajah mereka dengan bismuth oxychloride (kadang-kadang dikenal sebagai Spanish white).
“Bahan tersebut dapat mengiritasi kulit dan mata,” tulis Barbara Rosillo di laman National Geographic. Mereka menggunakan endapan timbal yang beracun.
Komposisi pemerah pipi telah berubah selama berabad-abad. Namun pada masa keemasan Spanyol, pemerah pipi sering kali dibuat dari belerang hangus, merkuri, timbal, minium, dan zat lainnya. Bahan-bahan ini dapat menyebabkan sakit kepala, mengubah kulit secara permanen, dan merusak penglihatan karena toksisitasnya.
Ritual yang merusak karya Tuhan
Moralis Juan de Zabaleta, dalam bukunya El Día de Fiesta por la Mañana y por la Tarde, menyerang penggunaan kosmetik atas dasar agama. Dia mengatur aksinya dalam tocador seorang wanita yang sedang bersiap-siap di pagi hari hari libur.
“Dia meletakkan di sisi kanannya kotak kecantikan dan mulai memperbaiki wajahnya dengan bahan-bahan tersebut. Jika Tuhan ingin wanita itu menjadi seperti wajah yang dilukisnya, Dia pastilah yang melukisnya terlebih dahulu. Tuhan memberinya wajah yang cocok untuknya dan dia melukis wajah yang tidak cocok untuknya.”
Karya Zabaleta adalah bagian dari sejarah literatur misoginis yang mengutuk ritual kecantikan perempuan. Ia menganggap ritual tersebut merusak ciptaan Tuhan.
Kekayaan Kerajaan Spanyol memudar pada akhir tahun 1600-an dan zaman keemasan berakhir. Saat itu, penggunaan riasan wajah secara berlebihan di Spanyol juga berkurang. Dengan terjadinya Revolusi Perancis pada tahun 1789, penampilan yang lebih natural melanda Eropa. Wig serta riasan yang rumit dijauhi.
Namun, sikap terhadap tata rias sering kali bersifat siklus. Bubuk yang lebih aman kemudian menggantikan resep berbahan dasar timbal yang beracun. Dan, penggunaan riasan meningkat kembali di Eropa. Kemudian, pada pertengahan tahun 1800-an, riasan tebal sudah ketinggalan zaman dan kerap dikaitkan dengan aktris dan pelacur.