Revitalisasi Fort Vredeburg: Ikhtiar Menghidupkan Kembali Kastel Tua Pengikat Jiwa Kota

By Mahandis Yoanata Thamrin, Selasa, 30 April 2024 | 19:02 WIB
Sebuah bangunan dua lantai di dalam kompleks Fort Vredeburg yang sedang diperelok. Museum Benteng Vredeburg menutup operasionalnya selama awal Maret sampai pertengahan Mei 2024. Kastel tua warisan VOC ini tengah direvitalisasi supaya lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat luas. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Baca Juga: Sisik Melik Makna di Balik Toponimi 'Jalan Malioboro' di Yogyakarta

Prioritas Revitalisasi 

Kini Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menjadi salah satu unit di bawah Indonesian Heritage Agency (IHA) yang mendapat prioritas utama dalam revitalisasi. Semenjak awal Maret, museum ini menutup kegiatan operasionalnya untuk menjalani revitalisasi dan transformasi yang menyeluruh selama tiga bulan. Kelak, pengunjung akan merasakan perwajahan, layanan, dan pengalaman baru dari museum ini pada Mei.

“Sebagai bagian dari komitmen kami untuk mengoptimalkan standar pelayanan dan pengelolaan museum yang profesional, Museum Benteng Vredeburg sedang melalui sejumlah proyek revitalisasi yang bertujuan memperbaiki fasilitas serta meningkatkan pengalaman pengunjung," demikian ungkap Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra, yang dikutip dari siaran pers bertajuk Transformasi Museum Benteng Vredeburg: Optimalisasi Warisan Sejarah dan Ruang Publik yang Inklusif.

Indonesian Heritage Agency merupakan Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya dalam naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Badan inilah yang bertanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri, serta 34 situs cagar budaya nasional kita. Kendati dibentuk pada 2022, badan ini baru diresmikan pada 1 September 2023.

Mahendra mengedepankan konsep reimajinasi museum, Indonesian Heritage Agency berkomitmen untuk mengubah persepsi dan fungsi tradisional museum, dan menjadikannya ruang komunal yang dinamis. Tujannya, demi mendorong interaksi antara pengunjung dengan museum itu sendiri. 

Untuk mendukung proses transformasi, Valentina Beatrix, Ketua Komunikasi dan Kemitraan Museum dan Cagar Budaya, mengungkapkan, "Kami mempunyai keleluasaan untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak manapun tanpa mengutamakan keuntungan dengan prinsip efisiensi, prinsip kolaborasi dan kerja sama," ujar Valentina, "untuk memajukan pemanfaatan kebudayaan dan perlindungan."

Seorang pekerja sedang menurunkan muatan paving block di dalam kompleks Museum Benteng Vredeburg. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Ia menambahkan Indonesian Heritage Agency menerapkan konsep tiga strategi utama: Redesign, Reprogramming, dan Reinvigorating.

Valentina mengharapkan museum dapat melakukan redesign atau merancang ulang supaya relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini.

Salah satu contohnya, yakni mempercantik ruang diorama melalui digital relief, pengembangan teknologi dan label pameran dengan media layar sentuh pada 55 diorama karya pematung sohor, Edi Sunarso. 

Museum Benteng Vredeburg berkomitmen dalam revitalisasi penyempurnaan layanan dan penambahan digitalisasi, demikian lanjut Valentina. Harapannya, kelak museum mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada pengunjung, termasuk penataan kembali narasi kuratorial.