Benarkah Ibu Mertua Begitu Dibenci dalam Sejarah Romawi Kuno?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 7 Mei 2024 | 20:03 WIB
Ilustrasi lukisan ibu mertua dan menantu dalam sejarah Romawi kuno. (John Leech/Wikimedia Commons)

Sharrock menjelaskan bahwa dalam daftar nomenklatur Modestinus, ada satu kata yang memiliki asosiasi yang sangat negatif, yakni ibu tiri.

"Tidak diperlukan argumen untuk menunjukkan representasi negatif ibu tiri dalam imajinasi Romawi, meskipun terdapat banyak sekali hubungan tiri di dunia dengan angka kematian yang tinggi dan perceraian yang tinggi. Hal yang lebih mengejutkan adalah kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa ibu mertua juga mendapat kecaman," tulis sejarawan tersebut.

Ilustrasi kehidupan wanita di era Romawi kuno. Bagaimana sebenarnya hubungan ibu mertua dan menantu perempuan di zaman Romawi kuno? ( Philipp Friedrich von Hetsch/Wikimedia Commons)

Benarkah Ada Tradisi Membenci Ibu Mertua di Romawi Kuno?

"Dalam buku saya yang terbit tahun 2009 tentang komedi Romawi, saya mengklaim bahwa Hecyra karya Terence, baik drama maupun karakter utama di dalamnya, tunduk pada stereotip negatif yang saat ini sering dikaitkan dengan ibu mertua," tulis Sharrock.

Jadi, apakah ibu mertua harus dibenci? Sharrock menyatakan bahwa ia bukan satu-satunya orang meyakini anggapan atau stereotip tersebut salah.

Walcott (1999), dalam survei cepatnya terhadap perempuan Plutarchan, menyatakan: “Tetapi ibu mertua adalah sosok yang dicurigai sepanjang zaman karena dia bersaing dengan istri untuk mendapatkan dukungan dan cinta dari laki-laki. Kepada siapa si laki-laki akan memihak, ibunya atau istrinya?"

Kini Sharrock mengklarifikasi bahwa ibu mertua dalam komedi Terence, Hecyra, sejatinya adalah pengecualian terhadap ibu mertua "yang membenci dan meremehkan menantu perempuannya." Kisah ini adalah bentuk reuni bahagia anggota keluarga di era Romawi kuno.

Sharrock menuliskan bahwa meski ada stereotip modern yang menganggap bahwa ibu mertua telah umum dibenci sejak era Romawi kuno, hasil penelusuran Sharrock terhadap berbagai literatur Romawi justru menunjukkan hal yang sebaliknya.

“Meskipun memang ada beberapa pelecehan terhadap ibu mertua dalam literatur kuno, hal ini tidak lebih besar dari pelecehan yang banyak dilakukan terhadap wanita yang lebih tua dalam literatur komik dari dunia kuno,” kata Sharrock.

Sharrock menyimpulkan, “Tokoh kebencian yang sebenarnya di dunia Romawi adalah ibu tiri, yang tentu saja mempunyai banyak pemberitaan buruk dalam dongeng modern. Sebaliknya, ibu mertua biasanya ditampilkan secara positif. Menyatakan sebaliknya adalah sebuah asumsi yang didasarkan pada ekspektasi modern, dan bukan berdasarkan pembacaan cermat atas apa yang sebenarnya dikatakan oleh orang-orang Romawi.”