Benarkah Ibu Mertua Begitu Dibenci dalam Sejarah Romawi Kuno?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 7 Mei 2024 | 20:03 WIB
Ilustrasi lukisan ibu mertua dan menantu dalam sejarah Romawi kuno. (John Leech/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda mendengar keluhan tentang ibu mertua? Di Romawi kuno, ibu mertua juga tidak luput dari stereotip negatif.

Artikel ini akan mengupas persepsi terhadap ibu mertua dalam sejarah Romawi kuno, menelusuri bagaimana hubungan mertua didefinisikan dan dijalani dalam masyarakat patriarki yang kuat.

Meskipun hubungan antara menantu dan ibu mertua diperumit oleh aturan hukum dan adat istiadat yang kaku, artikel ini menunjukkan bahwa dalam praktiknya, tetap ada ruang untuk interaksi sosial yang kompleks.

Berbeda dengan ibu tiri yang kerap digambarkan negatif, ibu mertua di Romawi kuno tampaknya tidak mendapatkan kecaman yang setajam itu.

Ibu Mertua dalam Sejarah Romawi Kuno

Alison Sharrock, ahli sejarah klasik atau sejarah kuno, pernah membuat ulasan mengenai persepsi terhadap ibu mertua dalam sejarah Romawi kuno.

Dia menulis bahwa meskipun situasi bagi wanita Romawi kuno dalam perkawinan dan hubungan mereka dengan keluarga kandung dan ipar diperumit oleh aturan manus (hukum Romawi tentang kekuasaan otokratis suami atas istri yang sesuai dengan kekuasaan ayah atas anak-anaknya) dan oleh patrilinealitas yang kuat, dalam praktiknya tetap ada hubungan sosial bagi wanita terhadap ibu mertua apa pun posisi hukumnya.

Memang benar, ada perasaan bahwa hubungan mertua, bagi orang Romawi, lebih berkaitan erat dengan hubungan tiri dibandingkan dengan yang terjadi dalam budaya Eropa kemudian.

Hal ini misalnya terlihat dari cara ibu mertua dan ibu tiri didefinisikan sebagai "adfine" dengan cara yang serupa. Selain itu, setidaknya dalam penjelasan Modestinus di bawah ini, tidak ada perbedaan yang signifikan antara hubungan tiri dan hubungan ipar.

Adfine adalah sanak saudara dari seorang suami atau istri. Disebut demikian karena dua kelompok keluarga yang terpisah satu sama lain dipersatukan melalui perkawinan, dan masing-masing saling mengaksesi batas kelompok keluarga yang lain: karena penyebab pertalian itu berasal dari pernikahan.

Jadi, yang termasuk dalam adfine adalah sebagai berikut: ayah mertua dan ibu mertua, menantu laki-laki dan menantu perempuan, ibu tiri dan ayah tiri, anak tiri dan anak tiri.

Baca Juga: Kehidupan Perempuan Romawi Kuno, Lumrah Menikah Pada Usia 12 Tahun