Nationalgeographic.co.id—Matahari, pusat tata surya kita, memiliki siklus aktivitas selama 11 tahun.
Pada puncak siklus ini, yang dikenal sebagai solar maximum, terjadi peningkatan signifikan aktivitas magnetik matahari, ditandai dengan ledakan matahari (solar flare) dan pelepasan massa koronal (CME) yang lebih kuat dan lebih sering.
Belakangan, solar maximum semula diprediksi akan kembali terjadi antara tahun 2025 dan 2027, disebut berpotensi terjadi pada tahun ini, 2024.
Di tengah kekhawatiran akan potensi dampak solar maximum, beberapa miliarder dikabarkan membangun 'bungker anti-kiamat' untuk melindungi diri dan keluarga mereka.
Namun benarkah mereka membangun bungker tersebut untuk menghadapai solar maximum? Lebih jauh, sebenarnya seberapa berbahayakah solar maximum? Temukan jawabannya melalui artikel berikut ini.
Fase Paling Aktif Matahari yang (Mungkin) Datang Lebih Awal
Matahari diperkirakan memasuki fase paling aktif dalam siklus 11 tahunnya, yang dikenal sebagai solar maximum. Fase ini bisa memicu badai matahari yang lebih kuat dan lebih sering. Namun para ilmuwan belum bisa memastikannya hingga beberapa tahun mendatang.
Selama solar maximum, jumlah bintik matahari berwarna gelap di permukaan matahari meningkat secara signifikan. Akibatnya, mereka mengeluarkan badai matahari yang lebih sering dan lebih kuat, beberapa di antaranya dapat menghantam Bumi, menyebabkan pemadaman radio dan munculnya aurora di lokasi-lokasi yang tidak seharusnya.
Peningkatan aktivitas ini disebabkan oleh garis medan magnet matahari yang secara bertahap menjadi lebih kusut. Tetapi pada titik tertentu selama solar maximum, garis-garis medan magnet ini putus, mengakibatkan pembalikan total kutub magnet bintang - di mana kutub selatan dan utara magnet bertukar tempat.
Setelah ini, matahari mulai tenang dan akhirnya mencapai minimum matahari, ketika bintik matahari dan badai matahari menghilang hampir sepenuhnya sebelum siklus berikutnya dimulai.
Pada tahun 2019, seperti dilansir dari Live Science, Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa (SWPC) yang dijalankan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) merilis perkiraan untuk siklus matahari saat ini (Siklus Matahari 25), yang dimulai pada tahun itu.
Baca Juga: Misteri Tanggal Terjadinya Kiamat Menurut Kalender Sejarah Aztec
Perkiraan tersebut, yang dibuat oleh panel ilmuwan dari NOAA, NASA, dan International Space Environment Services, memperkirakan bahwa solar maximum yang akan datang akan sebanding dengan maksimum yang relatif lemah dari siklus sebelumnya (Siklus Matahari 24) dan kemungkinan tidak akan tiba hingga 2025.
Namun, ilmuwan lain segera menyadari bahwa perilaku berapi matahari menyimpang dari prediksi tersebut. Bintik matahari muncul lebih sering daripada yang diperkirakan dan memuntahkan badai matahari yang kuat jauh lebih sering daripada yang diprediksi.
Hingga kemudian pada Juni 2023, beberapa peneliti mengatakan bahwa solar maximum kemungkinan akan dimulai lebih awal - dan lebih aktif - daripada perkiraan awal, berpotensi tiba pada awal 2024.
Para ilmuwan sendiri telah menggunakan beberapa cara untuk melacak datangnya solar maximum. Salah satunya adalah dengan mengamati kekuatan medan magnet matahari. Menjelang solar maximum, kekuatan medan magnet di kutub matahari berkurang dan akhirnya mencapai nol selama pembalikan kutub.
Cara lain adalah dengan memantau jumlah suar matahari X-class, jenis ledakan matahari yang paling kuat. Peningkatan aktivitas suar matahari X-class dapat menjadi indikasi bahwa solar maximum telah tiba.
Lalu, jika solar maximum telah (secara tidak resmi) tiba, apa yang bisa kita harapkan? Kemungkinan akan berlangsung sekitar satu tahun, atau mungkin kurang. Meskipun bintik matahari akan mulai berkurang, jumlah suar matahari yang kuat sebenarnya akan mencapai puncaknya setelah solar maximum, yang berarti kita akan mengalami beberapa tahun badai matahari yang meningkat.
Jika salah satu badai terbesar menghantam Bumi, mereka dapat berdampak pada infrastruktur berbasis darat, memicu aurora yang meluas di lintang geografis yang lebih rendah dan menyebabkan satelit jatuh kembali ke Bumi.
Para ilmuwan juga khawatir badai matahari dapat mengganggu kemampuan navigasi hewan yang bermigrasi, seperti paus. Akibatnya, kita bisa melihat peningkatan jumlah paus yang terdampar di beberapa tahun mendatang.
Bungker "Anti-kiamat" Dibangun untuk Hadapi Solar Maximum?
Di balik gempuran isu solar maximum yang mencapai puncak aktivitasnya tahun ini, terselip fakta menarik tentang para miliarder dan orang kaya di dunia. Mereka diam-diam membangun benteng pertahanan diri, bukan untuk menghadapi solar maximum, melainkan untuk mengantisipasi berbagai situasi "kiamat" Bumi.
"Kiamat" yang dimaksud bukan kehancuran total Bumi, melainkan situasi katastrofe yang mengancam kelangsungan hidup manusia, seperti kerusuhan sosial, perang nuklir, wabah penyakit, hingga peretasan komputer jahat.
Baca Juga: Bagaimana Kiamat dalam Mitologi Yunani Kuno Digambarkan oleh Hesiod?
Para miliarder ini membangun bunker mewah dengan berbagai fasilitas lengkap, mulai dari sistem penyimpanan dan produksi pangan mandiri, kolam renang, arena bowling, pusat kebugaran, hingga lapangan tembak.
Elon Musk, Peter Thiel, Sam Altman, Ray Kurzweil, dan Mark Zuckerberg adalah beberapa nama yang dikabarkan memiliki bunker mewah ini. Tak hanya miliarder, selebritas, dokter, pengacara, hingga pimpinan eksekutif perusahaan besar pun tak mau ketinggalan. Mereka membangun bunker untuk berlindung saat terjadi kekacauan di Bumi.
Permintaan akan bunker ini, seperti dilansir dari Kompas.ID, melonjak drastis sejak 2015, dan semakin pesat saat pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020. Banyak orang kaya melihat bunker sebagai solusi untuk menghindari interaksi sosial dan mengantisipasi konflik yang mungkin terjadi.
Model bunker yang paling diminati saat ini adalah yang berukuran 500 kaki persegi (152 meter persegi) dengan harga berkisar antara Rp 625 juta hingga Rp 130 miliar.
Meskipun isu solar maximum menjadi sorotan, perlu diingat bahwa fokus utama bunker ini bukan untuk menangkal solar maximum. Solar maximum yang tercatat selama 300 tahun terakhir tidak pernah menimbulkan dampak langsung bagi manusia. Magnetosfer dan atmosfer Bumi telah melindungi kehidupan di planet ini selama berabad-abad.
Para miliarder dan orang kaya ini membangun bunker mewah mereka untuk melindungi diri dari berbagai kemungkinan "kiamat" Bumi, bukan hanya kehancuran total seperti yang digambarkan dalam cerita fiksi. Bagi mereka, bunker ini adalah investasi untuk kelangsungan hidup di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian.
Para miliarder dan orang kaya ini membangun bunker mewah mereka untuk melindungi diri dari berbagai kemungkinan "kiamat" Bumi, bukan hanya kehancuran total seperti yang digambarkan dalam cerita fiksi. Bagi mereka, bunker ini adalah investasi untuk kelangsungan hidup di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian.