Asal-usul yang Tidak Jelas
Gambar Nurarihyon, yang umumnya digambarkan sebagai sosok tua dengan kepala bulat yang menonjol, pertama kali muncul selama periode Edo Jepang dalam Hyakkai Zukan karya Sawaki Sūshi dan Gazu Hyakki Yagyō (The Illustrated Night Parade of a Hundred Demons) karya Toriyama Sekien.
Menurut Michael Dylan Foster, profesor bahasa dan budaya Asia Timur di University of California, Davis, dan penulis The Book of Yokai: Mysterious Creatures of Japanese Folklore, Nurarihyon biasanya digambarkan dalam cerita rakyat sebagai yokai jinak yang menyelinap ke rumah untuk menikmati teh atau kenyamanan lain saat penghuninya pergi.
Tetapi seiring waktu, yokai ini mengembangkan reputasi sebagai makhluk yang licik dan cerdik, menggunakan kemampuan berubah wujud dan manipulasinya untuk mengakali manusia atau yokai lainnya.
Zack Davisson, seorang penulis dan folkloris Jepang, mengatakan bahwa perubahan kepribadian tersebut dapat berasal dari kisah Koshoku Haidokusen tentang seorang pria yang sudah menikah yang jatuh cinta dengan seorang pelacur. Dalam cerita tersebut, Nurarihyon digambarkan sebagai "makhluk berwajah datar, bertipe lele yang merupakan roh penipu."
Narasi ini memicu teori yang mengusulkan korelasi dengan makhluk laut berbentuk bola legendaris di Laut Seto Inland di Prefektur Okayama, yang biasa disebut umi bozu.
Benda-benda ini, seukuran kepala manusia, menggoda sekaligus menghindari nelayan, terendam tepat di luar jangkauan sebelum muncul kembali dengan cara yang mengejek, kata Foster, yang bisa jadi mengacu pada sifat misterius Nurarihyon.
Baca Juga: Kamehameha, Raja Bengis Pemersatu Hawaii yang Sohor Lewat Dragon Ball
Davisson menambahkan bahwa penggambaran Nurarihyon oleh Mizuki Shigeru dalam anime GeGeGe no Kitarō memainkan peran penting dalam menciptakan yokai yang kita lihat dalam budaya pop modern. Dalam pertunjukan tersebut, Nurarihyon adalah panglima tertinggi dari semua makhluk supranatural dan pemimpin pawai malam yokai.
Menurut Foster, folkloris Fujisawa Morihiko memberi label pada gambar Nurarihyon di bukunya dengan teks "yōkai no oyadama," yang dapat diterjemahkan sebagai "pemimpin yokai," "bos yokai," atau "kepala yokai."
Foster mengatakan bahwa cara Nurarihyon tetap relevan di zaman modern mungkin karena sifat unik dari yokai tersebut.
“Mungkin ketidakpastian cerita rakyat dari Nurarihyon— fakta bahwa dia adalah sosok yang menarik tetapi tidak memiliki karakteristik yang jelas—telah memungkinkannya untuk menjadi semacam sosok yang dapat berubah yang dapat dikembangkan dengan berbagai cara dalam materi budaya populer,” katanya.
Kisah Nurarihyon, sosok dengan kekuatan dan misteri yang tak tertandingi, menjadi bukti kekayaan budaya Jepang yang tak lekang oleh waktu.
Kehadiran Nurarihyon sebagai inspirasi bagi karakter Muzan Kibutsuji dalam 'Demon Slayer' menunjukkan bagaimana cerita rakyat dan legenda dapat terus menginspirasi dan memperkaya dunia hiburan modern.
Bagi para penggemar 'Demon Slayer', memahami asal-usul Nurarihyon dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang karakter Muzan Kibutsuji dan kompleksitas ceritanya.