Siapakah Sebenarnya Buddha? Sang Pencerah dari Ajaran Kehidupan

By Ade S, Kamis, 23 Mei 2024 | 12:03 WIB
Pelajari kisah Siddhartha Gautama, sang Buddha, dan temukan pencerahan melalui ajarannya tentang kehidupan, penderitaan, dan pembebasan diri. (Freepik)

Selama itu ia mengucapkan empat puluh delapan sumpah besar untuk keselamatan semua makhluk hidup. Sumpah kedelapan belas menyatakan penciptaan semacam Firdaus, Tanah Suci (juga disebut Firdaus Barat) di mana siapa saja yang menyebut namanya dengan tulus akan dilahirkan kembali.

Tanah ini digambarkan sebagai tempat yang menyenangkan dan penuh sukacita, dipenuhi dengan suara musik dari burung dan pepohonan. Makhluk fana tiba di sini melalui bunga teratai, yang pertama kali disimpan di kuncup, dan ketika mereka sepenuhnya dimurnikan, muncul dari bunga yang terbuka.

Amitabha memiliki dua pendamping, Avalokiteshvara dan Mahasthamaprapta, keduanya adalah Bodhisattva. Yang pertama, khususnya, memiliki pemujaan yang luas dan dikenal sebagai Bodhisattva dari welas asih dan belas kasihan yang tak terbatas.

Dia adalah emanasi duniawi dari Amitabha dan menjaga dunia sambil menunggu Buddha masa depan, Maitreya. Namun, tradisi Timur di Tiongkok dan Jepang memuja sosok ini setara dengan dewa, masing-masing menyebutnya Guanyin dan Kannon dan sering menggambarkannya sebagai perempuan.

Siapa Buddha dan Siapa yang Akan Menjadi Buddha Baru?

Maitreya adalah Buddha yang akan datang setelah Shakyamuni. Dia diyakini berada di surga Tushita, surga keempat dari enam surga di alam keinginan, dari mana dia akan turun ke bumi di masa depan. Ketika ajaran Buddha dilupakan, dia akan mengambil tempatnya di bumi dan datang untuk mengajarkan Dharma lagi.

Menurut nubuat, seorang makhluk tercerah (Maitreya) akan datang sebagai penerus sejati Siddharta Gautama, dan ajarannya akan tersebar tanpa henti, mengakar di seluruh umat manusia.

Pemujaannya adalah salah satu yang paling luas di berbagai sekolah Buddha di seluruh dunia; itu adalah yang pertama kali dikhotbahkan dalam sejarah Buddha, dimulai dari abad ke-3 M.

Keunikan tradisi Maitreya adalah dua: pertama, ceritanya digambarkan mirip dengan bentuk awal pemujaan Shakyamuni, dan kedua, sosoknya memiliki analogi dengan gagasan mesias di Barat. Faktanya, Raja Ashoka (penguasa India yang menyebarkan Buddhisme dan menggunakannya sebagai agama negara) menggunakannya sebagai alat politik revolusioner untuk penyebaran agama.

Selain itu, pemujaan Maitreya mengalami beberapa perubahan saat Buddhisme berkembang di luar negeri. Contoh paling jelas adalah versi Tiongkok, di mana dia digambarkan sebagai "Buddha Tertawa" (Budai), dengan perut buncit dan ekspresi gembira, dipuja sebagai Dewa Keberuntungan dan kemakmuran.

Buddha telah meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi dunia. Ajarannya tentang belas kasih, kebijaksanaan, dan pencerahan terus menginspirasi dan membimbing jutaan orang di seluruh dunia

Semoga artikel ini telah membantu Anda untuk memahami siapakah Buddha dan bagaimana ajarannya dapat memberikan pencerahan dalam hidup Anda.