Nationalgeographic.co.id—Suku Manchu pernah berjaya di Kekaisaran Tiongkok dengan mendirikan Dinasti Qing. Pemerintahan Dinasti Qing, dinasti terakhir di Kekaisaran Tiongkok, berlangsung pada tahun 1644 hingga 1911.
Di bawah pemerintahan Dinasti Qing, wilayah Kekaisaran Tiongkok tumbuh tiga kali lipat. Selain itu, populasi meningkat dari sekitar 150 juta menjadi 450 juta dan perekonomian nasional yang terpadu telah terjalin.
Setelah menyingkirkan Dinasti Ming, bagaimana pemerintahan suku Manchu di Kekaisaran Tiongkok?
Sejarah pemerintahan suku Manchu di Kekaisaran Tiongkok
Dinasti Qing pertama kali didirikan pada 1636 oleh suku Manchu. Awalnya, dinasti ini dibentuk untuk menandakan rezim suku ini di Manchuria (sekarang wilayah Timur Laut Tiongkok).
“Pada tahun 1644 ibu kota Tiongkok di Beijing direbut oleh pemimpin pemberontak Li Zicheng,” tulis Adam Augustyn di laman Britannica. Pejabat Dinasti Ming yang putus asa meminta bantuan suku Manchu untuk mengatasi pemberontakan itu. Suku Manchu memanfaatkan kesempatan ini untuk merebut ibu kota dan mendirikan dinasti mereka sendiri di Kekaisaran Tiongkok.
Dengan mengadopsi bentuk pemerintahan Dinasti Ming dan terus mempekerjakan pejabat Ming, Manchu menenangkan hati penduduk Tiongkok.
Namun, untuk menjamin kendali Manchu atas Kekaisaran Tiongkok, Dinasti Qing memastikan bahwa separuh pejabat tingkat tinggi adalah orang Manchu. Para pemimpin militer Tiongkok yang menyerah diberi pangkat bangsawan.
Pasukan diorganisasikan ke dalam Luying atau Tentara Standar Hijau. Pasukan itu ditempatkan di seluruh negeri untuk menjaga dari pemberontakan lokal. Pasukan reguler Sistem Panji Manchu (Qibing atau Baqi) ditempatkan di ibu kota dan di beberapa tempat strategis terpilih di seluruh negeri.
Di bawah pemerintahan Kaisar Kangxi (memerintah 1661–1722), suku Manchu memaksa Rusia meninggalkan benteng mereka di Albazin. Albazin terletak di sepanjang perbatasan Manchuria di Sungai Amur.
Pada tahun 1689, sebuah perjanjian dibuat dengan Rusia di Nerchinsk yang membatasi batas utara perbatasan Manchuria di Sungai Argun. Selama 40 tahun berikutnya bangsa Mongol Dzungaria dikalahkan. Wilayah Kekaisaran Tiongkok pun diperluas hingga mencakup Mongolia Luar, Tibet, Dzungaria, Turkistan, dan Nepal.
Di bawah dua kaisar berikutnya, Yongzheng (memerintah 1722–1735) dan Qianlong (memerintah 1735–96), perdagangan terus berkembang. Di era ini, industri kerajinan tangan makin tumbuh dan berkembang. Selain itu, misionaris Katolik Roma ditoleransi dan dipekerjakan sebagai astronom dan seniman.