Baca Juga: Manchu, Suku Minoritas yang Sukses Singkirkan Dinasti Ming di Kekaisaran Tiongkok
Seni lukis, seni grafis, dan pembuatan porselen berkembang pesat. Metode ilmiah filologi pun dikembangkan.
Namun, penguasa berikutnya setelah Yongzheng dan Qianlong tidak mampu mengatasi beberapa masalah. Permasalah disebabkan oleh meningkatnya tekanan penduduk dan konsentrasi kepemilikan tanah. Pasukan Manchu makin menurun kualitasnya. Kerusuhan rakyat, yang diperburuk oleh banjir besar dan kelaparan, merupakan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pemberontakan Taiping (1850–64) dan Nian (1853–68) di selatan dan utara.
Upaya modernisasi dan westernisasi mendapat tentangan dari pejabat konservatif terutama melalui upaya ibu suri Cixi. “Inefisiensi birokrasi dan korupsi merajalela,” tambah Augustyn. Salah satu contohnya adalah pengalihan dana yang dimaksudkan untuk membangun angkatan laut Tiongkok untuk membangun kapal perang marmer hias di Istana Musim Panas kekaisaran di luar Beijing.
Beberapa perang yang merugikan Kekaisaran Tiongkok pun berlangsung. Seperti Perang Candu pertama (1839–42), Perang Inggris-Prancis (1856–58), Perang Tiongkok-Jepang (1894–95), dan Pemberontakan Boxer (1900). Perang-perang tersebut membuat pihak asing mulai menduduki Kekaisaran Tiongkok.
Pada tahun 1900 kelompok-kelompok revolusioner mulai terbentuk di seluruh negeri. Revolusi Republik pada 10 Oktober 1911 menyebabkan turunnya kaisar muda Xuantong (lebih dikenal sebagai Puyi). Saat itu juga terjadi pengalihan kekuasaan kepada pemerintahan republik sementara di bawah Yuan Shikai.
Prestasi budaya suku Manchu di Kekaisaran Tiongkok selama era Dinasti Qing
Suku Manchu berusaha berasimilasi dengan budaya Tiongkok. Upaya ini melahirkan sikap politik dan budaya Konfusianisme yang sangat konservatif dalam masyarakat resmi. Tradisi masa lalu pun mulai dipertanyakan dan dibanding-bandingkan.
Kerajinan dekoratif menurun menjadi desain yang semakin berulang. Namun tekniknya, terutama ukiran batu giok, mencapai tingkat yang tinggi. Dua bentuk seni visual utama pada masa itu adalah lukisan dan porselen.
Banyak arsitektur dari Dinasti Ming yang bertahan. Tapi istana sering kali dirancang secara megah, cenderung bersifat masif dengan ornamen yang berlebihan.
Terlepas dari sikap konservatisme yang berlaku, banyak seniman Dinasti Qing yang individualistis dan inovatif.