Romantika-Tragedi: Ketika Pegawai VOC Mencintai Penari Kuil India

By Galih Pranata, Rabu, 29 Mei 2024 | 09:10 WIB
Dalam perjalanan Haafner ke India, pegawai VOC itu bertemu dengan Mamia, seorang penari kuil dari India yang kemudian membuatnya jatuh hati hingga kisahnya berakhir sebagai romantika-tragedi. (Wikimedia Commons/Galih Pranata)

Dalam kemampuan yang luar biasa, bahkan seorang Jerman yang bekerja untuk perusahaan Belanda itu berhasil menerjemahkan Ramayana, sebuah epik kepahlawanan India, dan menulis lima catatan perjalanan (total 1.100 halaman).

"Ramayana yang luar biasa itu mencakup penjelasan rinci tentang alam India dan adat istiadat masyarakatnya," imbuh Lex. 

Di India, Haafner melakukan banyak kegiatan sosial, di mana kemudian melakukan perjalanan pada tahun 1780 ke pemukiman Belanda di Sadras (tepat di bawah Madras, sekarang Chennai).

Sampul buku gubahan Haafner berjudul 'Lotgevallen op eene reize van Madras over Tranquebar naar het eiland Ceylon' (1826), menggambarkan perjalanannya mencapai India. (Wikimedia Commons)

Namun, setelah satu tahun kota Sadras direbut oleh Inggris, Haafner dijadikan tawanan perang dan dibawa ke Kota Madras yang dikuasai Inggris. Namun tak berselang lama, ia berhasil melarikan diri.

Haafner melakukan perjalanan ke Kalkuta, di mana dari tahun 1783 ia bekerja sebagai pelayan mantan gubernur Bengal yang murah hati, John Fowke, yang memperlakukannya sebagai teman.

Dia kemudian memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Madras kembali dengan tandu, bersama dua kelompok yang terdiri dari empat kuli, yang bergantian. Dia menempuh jarak lebih dari seribu kilometer dalam delapan bulan.

Pengalaman pertamanya ditandu oleh para kuli tandu yang luar biasa. Haafner tak bisa sembunyikan kekagumannya pada mereka. Ia menulis tentang para kuli angkut bahwa mereka adalah orang-orang yang jujur ​​dan ramah.

Dalam perjalanannya ke Madras, ia terjerembap di jurang yang dalam dan berusaha untuk mencari jalan keluarnya. "Mereka hanya makan dari daging kerbau yang sudah membusuk di sekitar jurang," lanjutnya.

Dia bermalam di chauderi (rumah peristirahatan gratis bagi para pelancong), di mana dia bertemu dengan seorang devadasi yang bermalam di sana bersama kelompok penari dan musisi kelilingnya.

Devadasi sebagian adalah perempuan yang berbakti kepada dewa, sering merawat berhala di kuil dan juga sering hidup sebagai selir seorang pendeta atau brahmana lainnya. Ini adalah bagian dari devadasi yang dianggap suci.

Sedangkan devadasi lainnya tinggal dalam kelompok keliling yang lebih kelam, terkadang suram, dan diketahui juga menyediakan jasa pelacur. Salah seorang di antara devadasi itu bernama Mamia.