Nationalgeographic.co.id—Sebagai istri kedua Raja Henry VIII, Anne Boleyn adalah salah satu wanita paling berkuasa di dunia pada abad ke-16.
Henry memiliki keinginan untuk membatalkan pernikahan pertamanya dengan Catherine dari Aragon agar ia bisa mengejar Anne Boleyn. Keinginan ini secara luas dianggap sebagai faktor kunci yang menyebabkan perpecahan Inggris dengan Gereja Katolik Roma pada tahun 1533.
Seperti pendahulunya, Pernikahan Anne Boleyn dengan sang raja pun berakhir mengenaskan. Anne Boleyn dituduh melakukan perzinahan dan melawan raja.
Dalam sejarah dunia, Anne Boleyn melukiskannya sebagai seorang penggoda dan wanita yang haus kekuasaan.
Ia bahkan dianggap sebagai penyihir dengan enam jari yang memikat raja. Ironisnya, deskripsi itu terus ada sepanjang sejarah. Namun apakah semua tuduhan itu nyata atau rekayasa dari sang raja?
Selama ratusan tahun, reputasi buruk Anne Boleyn tersebar, baik dalam narasi sejarah maupun penggambaran populer pada periode ini. Anne Boleyn dikisahkan menjadi ratu Henry selama 3 tahun sebelum sang suami memerintahkan pemenggalannya pada tahun 1536. Ia dieksekusi atas tuduhan pengkhianatan.
Kisah Anne Boleyn masih menarik perhatian publik hingga kini. Dalam film The Other Boleyn Girl, ia digambarkan sebagai penggoda yang licik. Bahkan serial televisi Wolf Hall menampilkan Anne Boleyn sebagai bagian dari keluarga ambisius dan pemanjat sosial.
Namun bagi sejarawan Hayley Nolan, penggambaran Boleyn tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan yang belum terjawab.
“Saya ingin mengetahui kebenaran mengapa dan bagaimana Henry bisa melakukan itu pada Anne,” kata Nolan di laman Time. “Kemudian ketika menelitinya, saya menemukan bahwa semua yang dicatat dalam sejarah tentang Anne tidaklah benar.”
Dalam bukunya, Anne Boleyn: 500 Years of Lies, Bolan menantang sumber-sumber konvensional yang digunakan untuk mengeksplorasi kehidupan Anne Boleyn. Ia juga menyoroti upaya kemanusiaan, agama, dan politik sang ratu.
Banyak sejarah populer melukiskan Anne Boleyn mengarahkan perhatiannya pada Henry untuk mengejar kekuasaan. Dan raja melakukan pengorbanan terbesar demi cinta dengan memilih untuk memutuskan hubungan dengan Gereja Katolik Roma untuk menikahinya.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Siapa Itu Anne Boleyn dan Mengapa Ia Dieksekusi?