Apakah Anne Boleyn Benar-Benar Seorang Pezina dan Pengkhianat?

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 1 Juni 2024 | 14:35 WIB
Sebagai istri kedua Raja Henry VIII, Anne Boleyn adalah salah satu wanita paling berkuasa di dunia pada abad ke-16. Namun ia dieksekusi atas tuduhan perzinahan dan melawan raja. Apakah tuduhan itu nyata atau fitnah belaka? (Henry Nelson O'Neil)

Nationalgeographic.co.id—Sebagai istri kedua Raja Henry VIII, Anne Boleyn adalah salah satu wanita paling berkuasa di dunia pada abad ke-16.

Henry memiliki keinginan untuk membatalkan pernikahan pertamanya dengan Catherine dari Aragon agar ia bisa mengejar Anne Boleyn. Keinginan ini secara luas dianggap sebagai faktor kunci yang menyebabkan perpecahan Inggris dengan Gereja Katolik Roma pada tahun 1533.

Seperti pendahulunya, Pernikahan Anne Boleyn dengan sang raja pun berakhir mengenaskan. Anne Boleyn dituduh melakukan perzinahan dan melawan raja.

Dalam sejarah dunia, Anne Boleyn melukiskannya sebagai seorang penggoda dan wanita yang haus kekuasaan.

Ia bahkan dianggap sebagai penyihir dengan enam jari yang memikat raja. Ironisnya, deskripsi itu terus ada sepanjang sejarah. Namun apakah semua tuduhan itu nyata atau rekayasa dari sang raja?

Selama ratusan tahun, reputasi buruk Anne Boleyn tersebar, baik dalam narasi sejarah maupun penggambaran populer pada periode ini. Anne Boleyn dikisahkan menjadi ratu Henry selama 3 tahun sebelum sang suami memerintahkan pemenggalannya pada tahun 1536. Ia dieksekusi atas tuduhan pengkhianatan.

Kisah Anne Boleyn masih menarik perhatian publik hingga kini. Dalam film The Other Boleyn Girl, ia digambarkan sebagai penggoda yang licik. Bahkan serial televisi Wolf Hall menampilkan Anne Boleyn sebagai bagian dari keluarga ambisius dan pemanjat sosial.

Namun bagi sejarawan Hayley Nolan, penggambaran Boleyn tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan yang belum terjawab.

“Saya ingin mengetahui kebenaran mengapa dan bagaimana Henry bisa melakukan itu pada Anne,” kata Nolan di laman Time. “Kemudian ketika menelitinya, saya menemukan bahwa semua yang dicatat dalam sejarah tentang Anne tidaklah benar.”

Dalam bukunya, Anne Boleyn: 500 Years of Lies, Bolan menantang sumber-sumber konvensional yang digunakan untuk mengeksplorasi kehidupan Anne Boleyn. Ia juga menyoroti upaya kemanusiaan, agama, dan politik sang ratu.

Banyak sejarah populer melukiskan Anne Boleyn mengarahkan perhatiannya pada Henry untuk mengejar kekuasaan. Dan raja melakukan pengorbanan terbesar demi cinta dengan memilih untuk memutuskan hubungan dengan Gereja Katolik Roma untuk menikahinya.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Siapa Itu Anne Boleyn dan Mengapa Ia Dieksekusi?

Raja Henry VIII melakukan penyelidikan secara rahasia tentang upaya menceraikan Catherine dari Aragon bertahun-tahun sebelum Anne Boleyn muncul.

Anne Boleyn sebenarnya menolak ajakan raja untuk menjalin hubungan asmara. Dia melarikan diri dari istana kerajaan selama 1 tahun dimulai pada musim panas 1526 untuk menjauhkan diri dari bujuk rayu sang raja.

“Ada sejarawan yang menyebut bahwa Raja Henry VIII menjatuhkan hukuman mati kepada ratu yang dia cintai. Maaf, tapi cara seorang pria membunuh seorang wanita tidak membuktikan cintanya terhadap wanita tersebut. Jika bisa berakhir dengan pemenggalan kepala, maka itu bukanlah cinta,” tambah Nolan.  

Anne Boleyn ditangkap bersama dengan lima pria yang dituduh melakukan perzinahan pada bulan Mei 1536. Salah satu dari kelima pria itu adalah saudara laki-lakinya sendiri, George.

Ia diadili terlebih dahulu dan dinyatakan bersalah atas perzinahan, inses, dan pengkhianatan tingkat tinggi. Termasuk rencana untuk membunuh Raja Henry VIII agar dia bisa kawin lari dengan kekasihnya.

Pada saat yang sama, Raja Henry VIII sudah sangat tergila-gila dengan kekasihnya sendiri, Jane Seymour. Sang raja kemudian bertunangan dengannya sehari setelah eksekusi Anne Boleyn.

Nolan curiga catatan sejarah tentang Anne Boleyn lebih dari sekadar perzinahan. Banyak sejarawan menduga bahwa tuduhan terhadap Boleyn setidaknya dilebih-lebihkan dan paling buruk dibuat-buat oleh Thomas Cromwell.

Ia adalah penasihat Henry yang terlibat dalam perebutan kekuasaan dengan Anne Boleyn yang menjadi ratu saat itu. Nolan berpendapat bahwa kurangnya privasi Ratu dan keyakinan agamanya yang dipegang teguh akan membuat Anne Boleyn sulit untuk berselingkuh. Apalagi dengan banyak pria sekaligus.

Dua bulan sebelum eksekusinya, Anne Boleyn terlibat dalam pengesahan undang-undang nasional bertajuk Hukum Miskin. Undang-undang itu menyatakan bahwa pejabat lokal harus mencarikan pekerjaan untuk para pengangguran.

Undang-undang mengharuskan pembentukan dewan pemerintahan baru yang menyaingi dewan pemerintahan yang dipimpin oleh Thomas Cromwell.

“Kini kami memiliki alasan tentang mengapa Cromwell merasa terancam oleh Anne Boleyn,” kata Nolan. “Sang ratu bukanlah seorang pengganggu atau penggoda yang kejam. Sebaliknya, Anne Boleyn sebenarnya adalah seorang politisi pekerja."

"Ironisnya," imbuh Nolan, "ia dieksekusi karena mendukung undang-undang anti-kemiskinan yang radikal ini melalui parlemen.”

Penafsiran sejarah tradisional Anne Boleyn mengandalkan sumber-sumber yang mengaburkan sebagian ceritanya. Misalnya, kata Nolan, Duta Besar Spanyol Eustace Chapuys adalah sumber bagi banyak tulisan kontemporer tentangnya.

Namun sang duta besar adalah pendukung Catherine dari Aragon. Selain itu, mereka yang menyimpan catatan pada tahun 1500-an dan orang-orang yang menafsirkannya pada abad-abad berikutnya cenderung sebagian besar adalah laki-laki.

Bagi Nolan, mereka membawa perspektif bahwa perempuan hanya mencapai kekuasaan melalui “penipuan”. Dan, menurutnya, mengoreksi cerita Anne Boleyn memiliki implikasi yang lebih luas terhadap cara cerita perempuan dituturkan.

“Kami mengirimkan pesan berbahaya kepada dunia bahwa perempuan hanya menginginkan kekuasaan untuk alasan egois dan tidak penting,” katanya. “Saat kami memberi tahu pembaca bahwa Anne Boleyn dieksekusi karena serangkaian perselingkuhannya, itu menyiratkan bahwa perempuan pantas mendapatkan hukumannya.”

Dalam Women and Power: A Manifesto, penulis klasik Mary Beard menelusuri akar misogini sejak zaman Yunani Kuno. Misalnya kisah Medusa.

Menurut Nolan, catatan sejarah tentang Anne Boleyn perlu dikaji ulang. Ia berharap agar hal serupa tidak terjadi lagi di zaman modern.