Apakah Anne Boleyn Benar-Benar Seorang Pezina dan Pengkhianat?

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 1 Juni 2024 | 14:35 WIB
Sebagai istri kedua Raja Henry VIII, Anne Boleyn adalah salah satu wanita paling berkuasa di dunia pada abad ke-16. Namun ia dieksekusi atas tuduhan perzinahan dan melawan raja. Apakah tuduhan itu nyata atau fitnah belaka? (Henry Nelson O'Neil)

Penafsiran sejarah tradisional Anne Boleyn mengandalkan sumber-sumber yang mengaburkan sebagian ceritanya. Misalnya, kata Nolan, Duta Besar Spanyol Eustace Chapuys adalah sumber bagi banyak tulisan kontemporer tentangnya.

Namun sang duta besar adalah pendukung Catherine dari Aragon. Selain itu, mereka yang menyimpan catatan pada tahun 1500-an dan orang-orang yang menafsirkannya pada abad-abad berikutnya cenderung sebagian besar adalah laki-laki.

Bagi Nolan, mereka membawa perspektif bahwa perempuan hanya mencapai kekuasaan melalui “penipuan”. Dan, menurutnya, mengoreksi cerita Anne Boleyn memiliki implikasi yang lebih luas terhadap cara cerita perempuan dituturkan.

“Kami mengirimkan pesan berbahaya kepada dunia bahwa perempuan hanya menginginkan kekuasaan untuk alasan egois dan tidak penting,” katanya. “Saat kami memberi tahu pembaca bahwa Anne Boleyn dieksekusi karena serangkaian perselingkuhannya, itu menyiratkan bahwa perempuan pantas mendapatkan hukumannya.”

Dalam Women and Power: A Manifesto, penulis klasik Mary Beard menelusuri akar misogini sejak zaman Yunani Kuno. Misalnya kisah Medusa.

Menurut Nolan, catatan sejarah tentang Anne Boleyn perlu dikaji ulang. Ia berharap agar hal serupa tidak terjadi lagi di zaman modern.