Dengan demikian, pada abad ke-19, Hindia Belanda yang melanjutkan VOC, berkuasa penuh atas tanah jajahan di wilayah yang kini disebut Indonesia. Tidak ada lagi kerajaan-kerajaan atau penguasa lokal yang punya kekuatan politik mengalahkan mereka.
Kemudahan Distribusi Perdagangan
Selain dengan kerajaan atau penguasa lokal, Belanda juga bersaing dengan imperium Barat lainnya. Imperium bangsa Barat seperti Inggris, Spanyol, dan Portugis adalah rival perdagangan rempah internasional bagi Belanda.
Semuanya berlomba-lomba membangun benteng dan persekutuan dengan penguasa lokal, supaya perdagangannya tetap efisien.
Agar lebih efisien baik dari segi produksi dan distribusi, lawan bisnis harus ditiadakan. Inilah manfaat monopoli perdagangan. Dengan demikian, Belanda harus bermain politik, termasuk perang, perebutan basis perdagangan atau militer, dan sistem perdagangan.
Salah satu contohnya adalah bagaimana berbagai benteng dan kekuasaan Portugis yang lebih dulu ada di Malaka dan Maluku sejak pertengahan abad ke-16. Ketika VOC dari Belanda hadir, perang dengan Portugis di Malaka dan Maluku terjadi. Keduanya memiliki sekutu lokal masing-masing.
Perang antara Portugis dan Belanda berlangsung dari 1598 hingga 1663 di pelbagai jajahan mereka. Di kepulauan Asia Tenggara sendiri Belanda, melalui VOC, berhasil menguasai pelbagai benteng milik Portugis. Belanda juga menguasai basis dagang Portugis di Malaka dan Srilanka, yang membuat untaian jalur perdagangan rempah-rempah dikuasai oleh satu pihak.