Pernikahan mereka telah menentukan empat puluh tahun masa pemerintahannya. Ratu Victoria dan Pangeran Albert memiliki sembilan anak dan pada tahun 1880-an keluarga mereka menjadi institusi Inggris yang membentuk masa depan Eropa.
Delapan dari sembilan anak mereka menikah dengan anggota keluarga kerajaan di hampir seluruh Eropa. Putri sulung Victoria, Vicky, memberi contoh bagi lima saudara laki-laki dan perempuannya, yang semuanya menikah dengan keluarga kerajaan Jerman.
Putra tertua ratu, Pangeran Albert Edward, atau 'Bertie' yang keras kepala, menikah dengan Putri Denmark Alexandra, yang berarti hubungan dengan keluarga kerajaan Denmark, Yunani, dan Rusia.
Bagi Pangeran Albert, pernikahan ini mencerminkan visi luar biasa yang ia harapkan dapat berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di Eropa.
Kehancuran di Eropa selama Perang Napoleon pada awal abad kesembilan belas, yang menewaskan sekitar enam juta orang, telah memengaruhi politik Inggris.
Untuk mencapai keseimbangan kekuatan, tidak ada satu negara pun yang bisa menjadi begitu dominan sehingga bisa kembali menimbulkan kekacauan di Eropa dalam skala sebesar itu.
Pangeran Albert dan Ratu Victoria memandang pernikahan dinasti antara anak-anak mereka dan anggota keluarga kerajaan Eropa sebagai jaminan tambahan perdamaian.
Hal ini bukan hanya tentang kekuasaan dan prestise kerajaan, namun juga merupakan sarana untuk berkontribusi pada Pax Britannica, 'Perdamaian Inggris'.
Setiap pernikahan memberikan kekuatan di mana nilai-nilai liberal Inggris akan menyebar ke seluruh benua, bahkan mungkin mendorong kembali kekuatan republikanisme, revolusi, dan perang yang mengganggu stabilitas.
Victoria dan Albert memiliki tidak kurang dari empat puluh dua cucu dan selama bertahun-tahun Ratu menerima korespondensi dari cucu-cucu perempuan yang tumbuh di istana-istana Eropa.
Surat-surat yang menandai ulang tahun dan hari jadi mengalir secara teratur dari Neues Palais di Potsdam, Palais Edinburg di Coburg, Istana Fredensborg dekat Kopenhagen, Eastwell Park, Cumberland Lodge, Sandringham, Marlborough House, Birkhall dan istana lainnya.
Dari ucapan terima kasih pertama yang diberi garis pensil kepada 'Nenek Ratu' atas hadiah atau cerita hewan peliharaannya, hingga surat yang memberi kesaksian tentang pengalaman mereka yang semakin berkembang di istana.
Persatuan dengan kekasihnya, Albert, memiliki arti yang lebih penting karena hal ini memungkinkan ikatan kerajaan untuk semakin diperluas dan dijaga.
Bisa dibilang, cucu-cucu Victoria memiliki akses otomatis ke pasar pernikahan paling eksklusif di dunia, di mana seorang putri cantik dapat mengharapkan tawaran dari berbagai pewaris takhta di seluruh Eropa.
Sang Ratu tahu bahwa berbagai faktor harus dipertimbangkan ketika menilai calon pengantin atau keberlanjutan hubungan di antara dua pihak dinasti.
Hal ini tidak hanya menyangkut masa depan tanah mereka dan stabilitas tahta mereka, tetapi juga agama, akhlak, pendidikan, penampilan dan kemampuan mereka untuk menghasilkan ahli waris yang kuat dan sehat.
Meski hal tersebut mungkin tidak diungkapkan dengan lantang. Dia merasa berada dalam posisi unik untuk mengelola proses seleksi dan membimbing cucu-cucunya dalam pernikahan kerajaan.
Bagi Victoria, impian masa muda akan romansa dan kekuasaan seringkali membutuhkan bimbingan yang realistis. Begitu juga pengalaman cintanya, keindahan bunga yang mekar di hari lalu itu akan terus ada di hatinya.
Victoria hanya bisa mengenangkan bunga di hari lalu di hatinya. Kisah singkat cintanya dengan pangeran muda dari Rusia itu, akan jadi bagian dari hidupnya yang tak bisa ia lupakan hingga akhir hayatnya.