Anne yang, seperti dilansir History, cerdas dan berpengalaman dalam politik istana, menjadi fokus obsesi Henry.
Upaya enam tahun Henry untuk menikahi Anne, yang dianggap sebagai solusi untuk masalah suksesi, secara tidak sengaja memicu revolusi besar dalam sejarah Inggris.
Bermula pada 1527, ketika Henry VIII berusaha untuk menceraikan Catherine dari Aragon, yang ia anggap melanggar hukum ilahi karena pernikahannya dengan janda saudaranya. Kematian anak-anak mereka juga dilihatnya sebagai tanda kutukan ilahi.
Dengan keyakinan bahwa ia hidup dalam dosa, Henry berusaha mendapatkan pembatalan dari Paus Clement VII.
Namun, Paus, yang terikat oleh Kaisar Charles V, menolak permintaan Henry, yang bertentangan dengan kehormatan keluarga kaisar dan menantang otoritas kepausan sebelumnya yang telah mengizinkan pernikahan tersebut.
Hingga kemudian Thomas Cromwell hadir untuk menjalankan proses yang sangat revolusioner: Memisahkan Inggris dari kekuasaan Vatikan.
Pada April 1532, ia mengambil alih kendali dan memimpin transformasi Gereja Inggris menjadi lembaga spiritual yang mandiri di bawah Henry VIII.
Hasilnya, Henry menikahi Anne Boleyn pada Januari 1533, dan putri mereka Elizabeth lahir pada September.
Meskipun Paus mengucilkannya, Henry tidak terganggu dan terus memperkuat posisinya sebagai kepala Gereja Inggris.
Kepemimpinan Henry VIII atas Gereja Inggris, yang tidak direncanakan, menjadi tonggak sejarah.
Ini mengukuhkan pandangannya sebagai raja yang tak tertandingi di bumi, namun menimbulkan dilema karena bertentangan dengan komitmennya sebelumnya terhadap Katolik Roma.
Baca Juga: Apakah Anne Boleyn Benar-Benar Seorang Pezina dan Pengkhianat?