Marilyn Monroe: Perjalanan Hidup Hingga Penyebab Kematiannya

By Ade S, Rabu, 5 Juni 2024 | 20:03 WIB
Monroe berpose sebagai model pin-up untuk foto kartu pos, sekitar tahun 1940-an. Artikel ini menggali penyebab kematian Marilyn Monroe, mengungkap fakta-fakta dari perjalanan hidupnya hingga momen-momen terakhir yang penuh misteri. (Teichnor Bros)

Ia mendapat pujian kritis untuk pertama kalinya sebagai seorang aktris serius dalam Some Like It Hot (1959). Film terakhirnya, drama The Misfits (1961), ditulis oleh Miller khusus untuk Monroe, meskipun pernikahan mereka hancur selama produksi.

Pada tahun 1961, masalah dalam kehidupan pribadi Monroe—pernikahan ketiganya, dengan Miller, bubar setelah empat tahun—membuatnya semakin rapuh secara emosional. Pada tahun itu juga ia dua kali dirawat di rumah sakit untuk observasi psikiatri dan istirahat.

Pada tahun 1962, Monroe mulai syuting komedi Something’s Got to Give. Namun, ia sering absen dari lokasi syuting karena sakit.

Padahal, pada bulan Mei, ia pergi ke New York City untuk menghadiri acara gala di mana ia terkenal menyanyikan "Happy Birthday" untuk Presiden John F. Kennedy. Sosok yang diduga memiliki hubungan spesial dengan Monroe.

Pada bulan Juni, ketidakhadiran Monroe saat syuting tidak bisa lagi dimaklumi hingga akhirnya ia dipecat dari film tersebut. Meskipun ia kemudian dipekerjakan kembali, pekerjaan tidak pernah dilanjutkan.

Setelah beberapa bulan sebagai seorang pertapa virtual, Monroe meninggal karena overdosis pil tidur (barbiturat) di rumahnya di Los Angeles, 5 Agustus 1962. Ia baru berusia 36 tahun.

Penyebab Kematian

Kematian yang tiba-tiba dari seorang bintang besar di Hollywood telah memicu spekulasi selama bertahun-tahun, menimbulkan pertanyaan apakah overdosis tersebut adalah bunuh diri, kecelakaan, atau ada hal yang lebih misterius.

Teori konspirasi telah berkembang sampai-sampai Kantor Jaksa Distrik Los Angeles County memutuskan untuk membuka kembali penyelidikan terhadap kematian sang aktris pada tahun 1982, dua dekade setelah dia meninggal.

Namun, mereka yang percaya teori konspirasi dan bertanya-tanya mengapa pemeriksa medis tidak menemukan residu barbiturat di perut sang aktris jika obat tersebut ditelan, tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.

"Jaksa Agung Menyimpulkan Tidak Ada Bukti Pembunuhan dalam Kasus Marilyn Monroe," begitu judul di Los Angeles Times pada akhir 1982, tak lama setelah penyelidikan dimulai.

Penyelidikan oleh kantor jaksa mengungkapkan bahwa kematian Monroe, yang disebabkan oleh "keracunan barbiturat akut," bisa jadi akibat overdosis atau kecelakaan. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa barbiturat telah tersebar ke dalam darah dan hati Monroe, yang menjelaskan ketiadaan residu di perutnya.

Penutupan penyelidikan yang berlangsung selama tiga bulan ini tidak memuaskan mereka yang yakin ada kejahatan yang terlibat. Ada yang tetap bersikeras bahwa Monroe dibunuh karena keterkaitannya dengan Presiden John F. Kennedy dan Robert F. Kennedy, yang saat itu menjabat sebagai Jaksa Agung AS.

Pada 1985, seperti dilansir dari LA Times, terungkap bahwa mantan suami Marilyn Monroe, Peter Lawford, diduga mengunjungi rumah Monroe pada malam ia meninggal dan menghilangkan sebuah catatan yang ditinggalkan oleh aktris tersebut.

Wakil jaksa wilayah yang meninjau kembali kasus pada 1982, Ronald H. Carroll, menyatakan bahwa meskipun catatan itu mungkin diambil, itu tidak secara otomatis menunjukkan bahwa Monroe dibunuh.

Carroll menambahkan, "Jika Monroe menulis catatan yang menyatakan 'Bobby Kennedy membuat saya ingin bunuh diri,' pengambilan catatan tersebut belum tentu merupakan tindak pidana."

Dokumen FBI yang dirilis setengah abad setelah Monroe meninggal menunjukkan bahwa FBI sadar akan teori pembunuhan, namun tidak ada bukti bahwa FBI menyelidiki teori tersebut. Dokumen tersebut juga menunjukkan minat FBI terhadap pandangan politik Monroe, mendeskripsikannya sebagai seorang yang berpandangan kiri.

Kisah tragis Marilyn Monroe tetap menjadi misteri yang memikat publik, dengan penyebab kematian yang masih diperdebatkan hingga hari ini. Warisan Monroe, yang terukir dalam sejarah Hollywood, akan selalu mengingatkan kita pada kehidupan yang penuh kilauan namun rapuh.