Peran Perempuan Kepulauan Banda dalam Menjaga Ekologi Pesisir

By National Geographic Indonesia, Senin, 10 Juni 2024 | 20:06 WIB
Foto karya Sumita, guru berusia 23 tahun, berjudul 'Makanan Sehari-hari'. Inilah hasil tangkapan nelayan, yaitu ikan waulang atau ikan mata besar, salah satu ikan batu-batu. Ikan ini adalah lauk sehari-hari bagi warga di Negeri Lonthoir. Ikan ini dipancing menggunakan tasi (tali pancing). Selain dimakan, warga juga menjualnya ke pasar. (Sumita/PVI-CTC Negeri Lonthoir/2023)

Ria menambahkan, terkait dengan sasi, tradisi yang telah jamak ditemukan di wilayah Maluku dan Papua ini justru masih terbilang baru di Banda. Masyarakat masih berproses untuk mengadopsi sasi sebagai sistem pengelolaan sumber daya alam laut dan baru dideklarasikan oleh pemerintah desa.

Melalui pendekatan fotografi partisipatif, PVI melakukan kajian cepat tentang peranan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam dengan 8 perempuan di Lonthoir dan menghasilkan 28 foto yang mengungkap isu dari hasil pemetaan masalah dan menjadi isu yang didorong oleh para peserta.

Setelah mengikuti program Photovoices, peserta menjadi lebih menyadari adanya ancaman terhadap sumber daya alam laut dan darat, serta menyatakan ingin terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam.

“Para perserta sendirilah yang melakukan presentasi, menjelaskan isi foto ke hadapan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah desa, pemimpin desa dan adat, serta warga," kata Tri Soekirman, Direktur Eksekutif Photovoices International. "Ini menjadi kali pertama bagi para perempuan untuk dapat mengekspresikan di ranah publik dan bahkan dilibatkan untuk membicarakan isu-isu yang dianggap penting.”

Kolaborasi riset 

Pada Oktober 2023, CTC dan PVI melakukan riset bersama dengan tujuan memahami peran gender dalam pengelolaan sumber daya kelautan di Banda. CTC menggunkan pendekatan studi kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI), sedangkan PVI menggunakan pendekatan Photovoices untuk melakukan kajian cepat tentang peranan perempuan dalam pengelolaan sumber daya laut di Pulau Lonthoir, Kepulauan Banda.

Hasil kajian yang dilakukan CTC dan PVI secara keseluruhan bertujuan menjelaskan pandangan yang terikat pada tradisi mengenai perbedaan peran laki-laki dan perempuan dan bagaimana meningkatkan partisipasi perempuan dalam sasi sebagai sistem pengelolaan sumber daya laut di Banda.

Kajian gender mengenai cara meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di Indonesia masih terbilang minim.

Ria Fitriani, Konsultan Senior Coral Triangle Center, dalam kegiatan diskusi dengan kelompok perempuan yang berkaitan dengan studi gender di Lonthoir, Kepulauan Banda, Maluku. (Saharudin/PVI-CTC Banda/2023)

Studi kasus di Kepulauan Banda ini pun tidak hanya untuk tujuan alasan praktis di wilayah sasaran, tetapi juga untuk mendukung efektivitas sumber daya kelautan yang berkelanjutan sejalan dengan Konvensi tentang Pulau Banda.  

“CTC telah bekerja di Kepulauan Banda sejak tahun 2012 untuk melindungi keanekaragaman hayati laut yang kaya di kawasan tersebut," ujar Rili Djohani, Direktur Eksekutif Coral Triangle Center. "Kami bekerja sama dengan komunitas lokal untuk membantu membentuk kawasan konservasi laut, memperkuat sistem pengelolaan laut tradisional seperti sasi, dan memastikan bahwa konservasi laut bersifat inklusif, serta memberikan manfaat bagi komunitas yang bergantung pada sumber daya tersebut sebagai mata pencaharian mereka."

Rili menambahkan, "Agar konservasi laut berjalan efektif, kita harus bersifat inklusif dalam pendekatan kita, dan memberdayakan baik perempuan maupun laki-laki, sehingga mereka dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam pengelolaan sumber daya laut mereka."