Da-Hong Pao, Teh Termahal di Dunia dari Dinasti Ming, 'Tembus' Belasan Miliar Rupiah

By Ade S, Selasa, 11 Juni 2024 | 10:03 WIB
Ilustrasi. Teh putih yang disajikan dalam Festival Teh Nusantara, yang menjadi rangkaian acara Dieng Caldera Race 2024, di Dieng, Wonosobo, 7-9 Juni 2024. (Donny Fernando)

Baca Juga: Dieng Caldera Race dan Mimpi Jadikan Indonesia Sebagai Episentrum Trail Run

Perlu sinergi

Hanya saja, di balik manfaatnya yang besar, teh, khususnya dari sektor industri, masih menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut disampaikan oleh Jacob Ginting, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian.

Secara kuantitas, menurut Jacob, beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki perkebunan teh saat ini sudah mulai mengalami penurunan luas. Penurunan jumlah lahan ini diantaranya disebabkan adanya alih fungsi perkebunan dan kurangnya inovasi dalam pengolahan teh.

Sementara secara kualitas, hasil teh dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan serta pengembangan benih yang memiliki kualitas baik. Selain itu terbatasnya sarana dan prasarana dalam pengolahan. Ketersediaan pupuk hingga inovasi teknologi juga berpengaruh cukup signifikan.

Padahal, industri teh Indonesia selama ini menjadi salah satu penyumbang devisa Indonesia, karena 30 persen hasil teh Indonesia diekspor ke beberapa negara. Industri teh Indonesia selama ini juga mampu membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani.

"Di sisi lain, perkebunan teh Indonesia selama ini memiliki peran dalam pengembangan wilayah serta konservasi lingkungan," ungkap Jacob.

Untuk itulah, Jacob mengajak berbagai pihak yang terkait bisa ikut terlibat dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi teh di Indonesia.