Nationalgeographic.co.id—Di medan perang yang penuh debu dan teriakan, Genghis Khan berdiri tegap, mengawasi pasukannya dengan mata yang tajam.
Dengan satu isyarat tangan, ia memulai simfoni kehancuran: badai panah yang menari di langit, membawa pesan takdir dari Mongol kepada musuh-musuhnya.
Itu bukan sekadar serangan; itu adalah strategi perang yang telah disempurnakan hingga hampir mustahil untuk gagal.
Dalam keheningan yang mendadak, hanya suara panah yang memecah udara terdengar, setiap satu menghunjam tanah dengan janji kemenangan.
Pasukan Mongol, terlatih dalam seni perang, menunggu dengan sabar, siap untuk menindaklanjuti serangan awal yang mematikan dengan serangan yang lebih dahsyat lagi.
Dalam artikel ini, kita akan mengungkap rahasia di balik keberhasilan taktik militer Genghis Khan, mengeksplorasi bagaimana badai panah menjadi alat kemenangan dalam banyak pertempuran, dan memahami mengapa, bahkan setelah berabad-abad, strategi ini masih menjadi topik studi dan kekaguman.
Sistem Organisasi Tentara yang Unik
Strategi dan taktik militer Mongol sangat penting dalam membantu mereka menaklukkan dan mempertahankan wilayah.
Mereka memiliki sistem organisasi tentara yang unik, di mana setiap prajurit adalah bagian dari unit yang lebih besar, dan setiap unit ini terdiri dari jumlah prajurit yang berbasis pada kelipatan sepuluh.
Misalnya, satu unit kecil terdiri dari 10 prajurit (arban), sedangkan unit yang lebih besar terdiri dari 100 prajurit (jaghun), 1.000 prajurit (minghan), dan 10.000 prajurit (tümen).
Genghis Khan, setelah terpilih sebagai pemimpin tertinggi, mengubah struktur ini untuk mengurangi loyalitas berlebihan pada suku dan meningkatkan kesetiaan kepada dirinya dan negara.
Baca Juga: Tanpa Wanita Ini, Kekaisaran Mongol Mungkin Tidak Akan Terbentuk