Jika serangan awal berhasil, maka pasukan penyerbu akan diperintahkan untuk menyerang. Jika pasukan ringan terpaksa mundur, mereka akan terus menembakkan panah ke belakang sambil mundur, dan pasukan lain akan mengambil tempat mereka untuk melanjutkan serangan.
Pada tahun 1211, Genghis Khan berhasil mengalahkan pasukan dari Kekaisaran Chin yang kuat dengan menggunakan kombinasi serangan panah dan serangan langsung.
Panah-panah Mongol berhasil mengacaukan kavaleri Chin, menyebabkan mereka mundur ke infanteri mereka sendiri dan mengalami kekalahan besar.
Taktik serupa juga digunakan dalam serangan terhadap Dinasti Goryeo (kini Korea Selatan) pada tahun 1231. Pasukan Mongol turun dari kuda mereka dan membentuk formasi besar sebelum menyerang pasukan Goryeo dengan badai panah yang intens.
Catatan dalam Sejarah Goryeo menggambarkan bagaimana pasukan Mongol menggunakan strategi ini untuk menyerbu dan mengalahkan Goryeo.
Melalui kegeniusan Genghis Khan, badai panah menjadi lebih dari sekadar senjata; itu adalah manifestasi dari kekuatan dan kecerdasan strategi perang Mongol.
Kekuatan dan ketangkasan ini, yang terjalin dalam setiap serangan, mengabadikan Mongol sebagai salah satu kekuatan militer terbesar dalam sejarah.