Mengapa Pedofilia Jadi Hal yang Normal pada Era Romawi dan Yunani Kuno?

By Ade S, Rabu, 12 Juni 2024 | 16:03 WIB
Pasangan pederastik di simposium, seperti yang digambarkan pada lukisan dinding di Makam Penyelam dari koloni Yunani Paestum di Italia. Telusuri sejarah pedofilia di Yunani Kuno dan bagaimana praktik ini diterima dalam masyarakat mereka. (Ismoon)

Di Romawi, peralihan ini juga dianggap sakral, meskipun dengan ritual yang lebih sederhana. Pernikahan manus adalah bentuk yang umum, di mana pengantin wanita secara simbolis dipindahkan dari perlindungan ayahnya ke suaminya.

Hal ini menandakan perubahan status sosialnya dari anak perempuan menjadi istri dan ibu yang akan datang. Pernikahan ini menegaskan pentingnya keperawanan dan kepolosan pengantin wanita, serta kebutuhannya akan bimbingan dan perlindungan dari suami barunya.

Legenda dan Mitos Seputar Pedofilia Heteroseksual

Masih merujuk uraian di atas, yaitu bagaimana dalam narasi mitologi Yunani-Romawi, sering kali diasumsikan bahwa perempuan menikah pada usia dini, biasanya antara 12 hingga 16 tahun.

Hal ini tercermin dalam kisah-kisah seperti penculikan Helen dari Troya. Menurut beberapa sumber sejarah, terjadi ketika ia masih sangat muda, antara tujuh hingga sepuluh tahun.

Kisah serupa juga terdapat dalam legenda penculikan wanita Sabine oleh Romulus dan para pendiri Roma. Dia dikisahkan membutuhkan wanita untuk memastikan kelangsungan kota baru mereka.

Gadis-gadis Sabine diculik selama festival untuk Neptune Equester dan dijanjikan pernikahan serta hak kewarganegaraan yang sah. Hal ini mencerminkan adat pernikahan tradisional di Roma yang memberikan hak yang sama kepada wanita, meskipun mereka masih muda dan belum matang.

"Sementara itu, kisah-kisah tentang dewi-dewi yang terlibat dalam hubungan dengan pria yang lebih muda juga ada, meskipun tidak sebanyak dan tidak dirayakan seperti pederasty," terang Jenna Ross.

Contoh yang menonjol adalah kisah cinta antara Aphrodite, atau Venus dalam mitologi Romawi, dengan Adonis, seorang pemuda yang digambarkan tanpa jenggot, menandakan usia remajanya.

Adonis, yang dalam seni dan sastra sering digambarkan sebagai pemuda yang tampan, menjadi objek kekaguman dalam kultus wanita yang merayakan Adonia, festival yang diisi dengan ritual yang hanya diketahui oleh wanita, menimbulkan rasa curiga dan ketidaknyamanan di kalangan pria Yunani, terutama di Athena.

Dalam meninjau praktik pedofilia di Yunani Kuno, kita dihadapkan pada kompleksitas sejarah yang mengajak kita untuk mempertanyakan dan memahami konteks sosial dari masa lalu. Memahami fenomena ini memberikan kita perspektif yang lebih luas tentang evolusi moral dan hukum yang terus berkembang seiring berjalannya waktu.