Kisah Penguasa Kekaisaran Tiongkok yang Paling Setia dengan Permaisuri

By Sysilia Tanhati, Kamis, 13 Juni 2024 | 16:00 WIB
Sepanjang sejarah Kekaisaran Tiongkok, sang kaisar diketahui memiliki banyak selir. Namun sebagian kaisar menolak mengikuti tren dan setia pada satu pasangan saja. (Musée national du palais)

Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah Kekaisaran Tiongkok, sang kaisar diketahui memiliki banyak selir. Bahkan menurut puisi epik abad ke-9, “Song of Everstanding Sorrow”, Kaisar Tiongkok memiliki selir sebanyak 3.000 orang.

Namun, beberapa kaisar dalam sejarah panjang Kekaisaran Tiongkok menentang tren ini. Mereka memilih tetap setia pada satu pasangan sampai maut memisahkan. Meski, pada kenyataannya, setia pada satu pasangan tidak selalu merupakan pilihan yang baik bagi Kekaisaran Tiongkok.

Berikut ini kisah empat kaisar Tiongkok yang setia pada satu wanita saja.

Kaisar Xiaozong dari Dinasti Ming

Zhu Youcheng, dikenal sebagai Kaisar Xiaozong atau Hongzhi dari Dinasti Ming, adalah seorang pendukung praktik monogami. Ia adalah satu-satunya Kaisar Tiongkok dalam sejarah yang hanya memiliki satu permaisuri.

“Padahal ia ditekan oleh para pejabat untuk memiliki selir,” tulis Tan Yunfei di laman World of Chinese.

Menurut tradisi Kekaisaran Tiongkok, permaisuri dan selir tinggal di bagian istana yang terpisah dari kaisar. Namun Xiaozong tinggal bersama istrinya Permaisuri Zhang setelah pernikahan mereka. Catatan sejarah menunjukkan mereka bangun, tidur, membaca buku, menggambar, dan mendiskusikan sejarah dan politik bersama.

Namun, kebutuhan seorang kaisar untuk memiliki banyak permaisuri tampaknya makin dipertegas setelah kematian Xiaozong. Seperti yang ditakutkan oleh para pejabatnya, satu-satunya putra dan pewaris Xiaozong dan Permaisuri Zhang yang masih hidup bukanlah pemimpin yang baik. Di bawah kepemimpinan putra Xiaozong, Dinasti Ming pun semakin mundur.

Kaisar Xianzong dari Dinasti Ming

Kesetiaan Kaisar Xiaozong mungkin diturunkan dalam keluarga. Sang ayah, Kaisar Xianzong, jatuh cinta dengan seorang pelayan kekaisaran bernama Wan Zhen'er di masa remajanya. Xianzong diyakini meninggal terutama karena kesedihan atas kematian sang kekasih.

Wan, 17 tahun lebih tua dari Xianzong, adalah pengasuh calon kaisar sejak dia berusia 2 tahun. Dia dianggap sebagai pemberi pengaruh yang baik dalam kehidupan pangeran muda. Terutama setelah ayah Xianzong ditangkap oleh suku Wala dan pamannya naik takhta.

Baca Juga: Upaya Penghapusan Perbudakan di Kekaisaran Tiongkok, Apakah Berhasil?