Dieng Caldera Race 2024: Rute Menantang Berbalut Kehangatan Warga

By Ade S, Jumat, 14 Juni 2024 | 18:03 WIB
Salah seorang peserta Dieng Caldera Race melintasi jalur dengan latar belakang Gunung Sundoro, Sabtu (8/6/2024). (Donny Fernando)

Pada kilometer kedua ini pula jalanan mulai menanjak dengan mencapai puncaknya pada kilometer ketiga dan keempat. Pada 3 segmen ini, elevation gain (indikator yang mengukur jumlah dan jarak tanjakan yang diperoleh saat berlari) menembus angka di atas 100 meter.

Sepanjang jalan, beberapa peserta terlihat berjalan kaki. Memang, jika tidak berpengalaman dan tidak memiliki stamina yang baik, berlari pada segmen ini akan terasa berat. Elevation gain menunjukkan angka 122 dan 130 meter. Sesekali gradient (tingkat kemiringan) jalur menunjukkan angka di atas 30%.

Namun, pada segmen inilah para peserta Dieng Caldera Race bisa bertemu dengan para petani Dieng, yang didominasi petani kentang. Sapaan hangat hampir selalu keluar dari mulut mereka setiap kali berpapasan dengan para peserta, yang jumlahnya bisa mencapai puluhan hingga ratusan.

Berada di ketinggian 1800-an meter di atas permukaan laut, kehangatan sapaan mereka saat berpapasan dan keceriaan canda-tawa mereka saat menyantap makanan di ladang, membuat dinginnya suhu (yang menembus belasan derajat Celsius) sedikit terlupakan.

Memasuki kilometer kelima, tepatnya sejak jarak tempuh mencapai 4,2 kilometer, para peserta mulai menemui trek menurun. Beberapa jalur memiliki gradien di atas -30%, bahkan ada yang mencapai angka -48%. Curam! Hal ini juga bisa terlihat dari elevation gain yang menembus angka di atas 140 meter.

Untungnya, keindahan kaldera Dieng yang sebelumnya "dipunggungi" oleh para peserta pada 4 kilometer pertama, kini tersaji indah dan jelas di depan mata. Saling semangat antar peserta pun mulai terdengar. "Ayo, kita bisa lari lagi. Mumpung mulai turunan," ucap salah satu peserta.

Water station sekaligus check point Dieng Caldera Race untuk kategori 10 km, Minggu (9/6/2024). (Ade Sulaeman)

Pada kilometer kelima ini pula para peserta menemui water station. Mereka bisa menikmati beragam buah seperti pisang dan semangka juga kurma untuk mengisi ulang tenaga. Tidak lupa beragam jenis minuman pun turut tersedia. Semuanya melimpah.

Titik water station ini juga sekaligus menjadi check point. Peserta diberikan tanda berupa selembar kain yang dibentuk menyerupai gelang. Tanda ini untuk mencegah peserta salah jalur atau bahkan berbuat curang dengan mengambil jalan pintas.

Memasuki kilometer 6 dan 7, peserta mulai memasuki perkampungan warga Desa Sigedang, Wonosobo. Sapaan-sapaan hangat kembali bermunculan. Kali ini ditambah dengan dorongan semangat dari beberapa anak kecil.

"Ayo! Ayo! Semangat!" ucap mereka sambil menepukan tangan. Saat berada di dekat sekolah, terdengar juga dentuman beduk yang ditabuh. Menambah semangat.

Baca Juga: Dieng Caldera Race dan Mimpi Jadikan Indonesia Sebagai Episentrum Trail Run