Apa Pun Tantangan Penyuntingan Foto? Perangkat Apple Meringkas Solusinya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 19 Juni 2024 | 15:40 WIB
Kelok 44 di Sumatra Barat. Foto ini telah disunting untuk memperjelas subjek kelokan. Penyuntingan fotografi dalam jurnalisitik diperlukan, selama tidak memanipulasi informasi. Integritas antarperangkat Apple memudahkan proses penyuntingan foto. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Guna memperindah dan memperjelas foto, proses penyuntingan sangat diperlukan sebelum dipublikasikan. Penyuntingan foto juga berlaku dalam jurnalisme visual yang mengedepankan aspek gambar seperti foto, gambar, dan infografis.

"Bahkan, sekelas National Geographic Indonesia saja, kami, bukan media yang sempurna. Kami masih membutuhkan edit," terang Donny Fernando, fotografer National Geographic Indonesia dalam lokakarya iBoxgraphy "Editing for Visual Journalism" di Gandaria City Mall, Jakarta, Sabtu, 15 Juni 2024.

Dalam lokakarya yang diselenggarakan oleh iBox Indonesia dan National Geographic Indonesia, Donny menuturkan bahwa batas suntingan pada foto tergantung pada tujuannya. Jika bertujuan untuk dipublikasikan di media sosial, Sahabat dapat bereksperimen sepuasnya. 

"Kalau di social media itu bebas," kata Donny. "Social media itu ruang eksperimen saya. Saya ada simulasi, preset sendiri, otak-atik signature sendiri. Jadi edit yang benar itu kembali ke awal: untuk apa? Kalau untuk media sosial, itu tidak ada yang salah dan benar, itu nyamannya seperti apa, kembali ke masing-masing."

Lain halnya foto untuk media jurnalistik, terkhusus media cetak seperti National Geographic Indonesia. Sebab media bertanggung jawab kepada publik akan kebenaran informasi, ada batas tertentu yang tidak boleh dilewati.

Penyuntingan masih berlaku bagi fotografer. Pasalnya, di lapangan, fotografer akan menghadapi hal-hal yang tidak terduga demi mendapatkan foto yang diinginkan. Terkadang, situasi, cuaca, waktu, proses pendekatan dengan masyarakat atau subjek foto, dan alam-alam sekitarnya, dapat mengganggu.

Misal, cuaca mendung dapat membuat subjek menjadi gelap. Supaya layak, dan memberi gambaran kepada pembaca, penyuntingan perlu dilakukan dengan meningkatkan eksposur atau pencahayaannya.

Ada beberapa batasan dalam penyuntingan dalam fotografi jurnalistik, yakni manipulasi, masking—kecuali untuk terang gelap pada bagian tertentu, dan cloning. Penyuntingan foto untuk jurnalistik hanya untuk mempertegas dan memfokuskan gambar pada subjek atau informasi yang ingin ditunjukkan.

Proses pembuatan kerajinan tradisional Sulawesi Tengah. Penyuntingan yang dibubuhkan pada foto ini terletak dari pengaturan warna dan cahaya. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

"Fotografer bagaimanapun bukanlah dewa. Bukan yang one shot, one kill, itu hampir tidak terjadi. Butuh editing tapi dengan sebatas tidak memanipulasi informasi dan subjek foto. Karena itu, tujuan kita bukan untuk menambah atau mengurangi informasi, melainkan menonjolkan informasi yang sudah ada," kata Donny.

Selain itu, setiap media memiliki pakem kualitas foto yang dinilai layak untuk terbit. Terkhusus media cetak seperti National Geographic yang memiliki karakteristik kualitas foto yang layak terbit. Tujuannya untuk menciptakan keseragaman dan karakter. Oleh karena itu, fotografer harus menyunting foto.

Baca Juga: Cara Hasilkan Foto Berkisah Lewat Ponsel Pintar seperti iPhone

Penyelerasan karakter foto lewat penyuntingan juga bisa diterapkan secara pribadi oleh fotografer, seperti Donny melalui preset susunannya. "Karakter saya adalah tidak menggunakan highlight. Saya tidak mau ada cahaya yang terlalu mati," terang Donny. "Editing itu tujuannya menyamankan mata pembaca."

Kenyamanan Penyuntingan Foto dari Perangkat Apple

Dalam penugasannya, Donny terbiasa menyunting gambar menggunakan aplikasi pihak ketiga seperti Adobe Lightroom. Menurutnya, penyuntingan dengan aplikasi ketiga ini sangat terbantukan dengan perangkat Apple yang dia gunakan, yakni iPad, iPhone, dan MacBook.

Pasalnya, ketiganya bisa saling terintegrasi dalam satu akun ID Apple untuk mentransfer gambar. Ditambah, kualitas gambar yang ditampilkan pada layar perangkat Apple tidak mengalami perubahan.

"Kenapa sudah ada laptop, kok masuk ke iPad? Lightroom desktop dan iPad sebenarnya rada-rada sama," ujar Donny. Baginya, kesinambungan antarperangkat Apple sangat membantu bagi jurnalis foto seperti dirinya. 

Donny Fernando (kanan) membagikan tips penyuntingan fotografi yang lebih ringkas dengan menggunakan perangkat Apple. (Muhammad Aris/National Geographic Indonesia)

Donny berkisah bahwa setiap ada penugasan, waktu lowong dari kegiatan peliputan baru terjadi pada malam hari. Laptop biasanya digunakan sebagai tempat transfer foto untuk nantinya dilaporkan kepada pihak redaksi.

Untuk menyunting secara efisien, Donny lebih memilih menggunakan iPad yang sudah terintegrasi dengan MacBook. Menyunting dengan iPad sangat membantu karena dapat digunakan pada waktu senggang, seperti sambil antre makan malam, menjelang tidur, atau sembari menunggu waktu kamera berhasil memotret bintang di langit (long-exposure photography).

"Sampai di Jakarta pun, editing pun lebih menyenangkan dengan iPad. Dengan sentuhan jari, itu lebih menyenangkan kalau mau menerangkan [titik] sana-sini," kesan Donny.

Donny merasa menyunting dengan iPad sangat leluasa untuk berbagai tempat yang tidak mungkin mengeluarkan laptop. Laptop punya kekurangan untuk proses menyalakan daya, belum lagi proses mengeluarkannya dari tas. 

iPad justru lebih fleksibel, ungkap Donny. Mengeluarkannya dari tas justru lebih mudah. Untuk memulai penyuntingan, cukup membuka aplikasinya.

"Enaknya, kalau menggunakan Lightroom di iPad, ketika sudah selesai edit, kita close saja. [Ketika] kita buka laptop, itu settingnya sudah kesimpan. Itu sangat menghemat waktu," tambah Donny.

Baca Juga: Mengulik Konsep dan Teknik Fotografi Menggunakan iPhone di Bali

Pembelajaran yang diisi oleh Donny adalah rangkaian terakhir dari lokakarya iBoxgraphy. Lokakarya ini juga ditayangkan secara langsung dan dapat disaksikan kembali di kanal YouTube iBox Indonesia.

Tidak hanya lokakarya, iBox Indonesia mengadakan program iBoxgraphy Grant 2024 yang diselenggarakan bersama National Geographic Indonesia yang mencakup kompetisi foto bertema "Connection of Life". Kompetisi ini berlangsung hingga 21 Juni 2024.

Tiga foto terbaik dalam kompetisi nasional akan ditayangkan di majalah National Geographic Indonesia dan para pemilik foto terbaik itu berhak mendapatkan rangkaian iPhone 15. Syarat dan ketentuan kompetisi dapat dibaca di https://ibox.co.id/page/iboxgraphy-2024.