Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab glaukoma primer. Meskipun belum sepenuhnya dipahami, laman Glaucoma.org menyebut adanya beberapa faktor risiko utama telah diidentifikasi, yaitu:
1. Tekanan mata yang tinggi (ini berbeda dengan tekanan darah tinggi)2. Saraf optik yang besar atau menipis3. Sudut drainase mata yang sempit4. Ketebalan kornea yang lebih tipis dari rata-rata5. Riwayat keluarga, terutama di antara saudara kandung6. Faktor rasial, dengan glaukoma sudut terbuka lebih umum pada keturunan Afrika dan Hispanik, dan glaukoma sudut tertutup lebih sering pada keturunan Asia
Sementara itu, glaukoma sekunder dapat disebabkan oleh trauma, penyakit lain, atau obat-obatan. Kesehatan keseluruhan memainkan peran penting dalam risiko glaukoma, sehingga penting untuk waspada.
Penyebab mendasar dari glaukoma adalah hambatan pada sistem drainase mata. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan yang merusak saraf optik dan menyebabkan degenerasi jaringan saraf.
Akibatnya, penglihatan menjadi kabur atau muncul bercak buta, silau, dan kesulitan melihat dalam cahaya redup.
Trauma mata bisa terjadi karena cedera atau operasi mata dan perawatan laser. Cedera ini bisa meregangkan dan menyebabkan jaringan parut pada sistem drainase mata.
Terkadang darah atau benda asing bisa memasuki sistem drainase dan menghambat aliran cairan. Tes gonioskopi diperlukan bagi mereka yang mengalami cedera mata untuk memeriksa sudut drainase.
Penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan di seluruh tubuh juga bisa memengaruhi mata. Peradangan ini bisa menyumbat sistem drainase dan meningkatkan tekanan mata.
Penggunaan steroid jangka panjang untuk kondisi autoimun juga bisa menyebabkan disfungsi drainase mata. Penting untuk melakukan pemeriksaan mata tahunan, terutama bagi mereka dengan penyakit kronis.
Diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular lainnya tidak langsung menyebabkan glaukoma. Namun, jika kondisi ini tidak terkontrol, pembuluh darah abnormal bisa tumbuh ke dalam mata dan menghambat sistem drainase.
Tekanan mata yang sangat tinggi bisa terjadi dan menyebabkan kehilangan penglihatan jika tidak segera ditangani. Gejala yang harus diwaspadai termasuk penglihatan berkurang, mata merah, nyeri mata, dan sakit kepala.
Baca Juga: Metabolit Kafein Memperlambat Perkembangan Miopia pada Anak-Anak