Nationalgeographic.co.id — Para peneliti di Sichuan University dan Islandia University mengungkapkan bahwa tidur yang tidak berkualitas dengan gangguan seperti insomnia dapat meningkatkan risiko glaukoma. Mereka melakukan studi kohort prospektif untuk memahami hubungan antara perilaku tidur yang berbeda dan glaukoma.
Studi yang melibatkan orang-orang dengan karakteristik demografis yang serupa tersebut menggarisbawahi perlunya intervensi tidur. Insomnia, mendengkur, kantuk di siang hari, dan durasi pendek/panjang, secara individu atau bersama-sama, semuanya terkait dengan risiko glaukoma.
Laporan penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal BMJ Open dengan judul "Association of sleep behaviour and pattern with the risk of glaucoma: a prospective cohort study in the UK Biobank."
Menurut penelitian tersebut, perlu ada intervensi tidur pada individu yang berisiko tinggi glaukoma serta skrining oftalmologis potensial di antara individu dengan masalah tidur kronis untuk pencegahan glaukoma.
Glaukoma adalah penyebab utama kehilangan penglihatan atau kebutaan ireversibel yang saat ini mempengaruhi lebih dari 70 juta orang di seluruh dunia dan akan mempengaruhi 111,8 juta orang pada tahun 2040.
Hal ini ditandai dengan hilangnya progresif sel ganglion retina, terutama sel ganglion retina fotosensitif intrinsik, dan perubahan jaringan tepi neuro-retina di kepala saraf optik dan penyempitan bidang visual.
Mekanisme yang mendasari glaukoma masih kurang dipahami dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangannya belum sepenuhnya dikarakterisasi.
Ketika dibiarkan tidak terdeteksi dan tidak diobati, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan karena perubahannya tidak dapat diubah.
Oleh karena itu, skrining glaukoma relevan untuk membantu deteksi dini. Namun, skrining populasi umum mungkin tidak hemat biaya.
Sebaliknya, mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi untuk memandu upaya skrining untuk deteksi dini mungkin merupakan solusi yang efektif.
Huan Song, seorang peneliti dari Sichuan University dan Islandia University, dan rekan-rekannya berangkat untuk memastikan risiko glaukoma di antara orang-orang dengan perilaku tidur yang berbeda: insomnia, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur, chronotypes malam atau pagi, kantuk di siang hari dan mendengkur.
Source | : | BMJ Journals |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR