Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya apa itu glaukoma dan apa penyebabnya? Kondisi mata ini bisa membingungkan dan menakutkan. Banyak yang menduga ada kaitannya dengan genetika.
Namun, jawabannya tidak sesederhana itu. Faktor risiko dan penyebab glaukoma sangat beragam. Mereka bisa melibatkan lebih dari sekadar sejarah keluarga.
Untuk memahami lebih lanjut, mari kita telusuri fakta-fakta penting yang perlu Anda ketahui. Temukan jawaban lengkapnya di artikel ini.
Apa itu glaukoma?
Glaukoma merupakan istilah yang mencakup berbagai gangguan mata, yang semuanya berpotensi merusak saraf optik. Gangguan ini, melansir dari laman Cleveland Clinic, adalah penyebab utama kerusakan saraf optik yang berujung pada kehilangan penglihatan.
Biasanya, glaukoma disebabkan oleh penumpukan cairan di bagian depan mata. Penumpukan ini menciptakan tekanan yang merusak saraf optik secara bertahap. Tekanan ini disebut tekanan intraokular (IOP), atau tekanan mata.
Namun, ada kasus di mana seseorang memiliki IOP normal tetapi masih terdiagnosis glaukoma. Jika tidak ditangani, glaukoma bisa menyebabkan kehilangan penglihatan yang permanen dan bahkan kebutaan.
Pada umumnya, glaukoma memengaruhi kedua mata, meskipun satu mata bisa lebih parah dibandingkan yang lain. Dalam kasus glaukoma sudut terbuka, kerusakan bisa berat pada satu mata dan ringan pada mata yang lain.
Sementara itu, jika seseorang mengalami glaukoma sudut tertutup pada satu mata, mereka memiliki risiko 40% hingga 80% untuk mengalami kondisi serupa pada mata kedua dalam jangka waktu lima hingga sepuluh tahun.
Penyebab glaukoma
Glaukoma terbagi menjadi dua subtipe utama: glaukoma primer dan glaukoma sekunder. Glaukoma primer tidak memiliki penyebab yang jelas, sedangkan glaukoma sekunder dikaitkan dengan faktor predisposisi yang diketahui, seperti cedera atau peradangan.
Baca Juga: Insomnia Meningkatkan Risiko Glaukoma Hingga Berujung Kebutaan
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan penyebab glaukoma primer. Meskipun belum sepenuhnya dipahami, laman Glaucoma.org menyebut adanya beberapa faktor risiko utama telah diidentifikasi, yaitu:
1. Tekanan mata yang tinggi (ini berbeda dengan tekanan darah tinggi)2. Saraf optik yang besar atau menipis3. Sudut drainase mata yang sempit4. Ketebalan kornea yang lebih tipis dari rata-rata5. Riwayat keluarga, terutama di antara saudara kandung6. Faktor rasial, dengan glaukoma sudut terbuka lebih umum pada keturunan Afrika dan Hispanik, dan glaukoma sudut tertutup lebih sering pada keturunan Asia
Sementara itu, glaukoma sekunder dapat disebabkan oleh trauma, penyakit lain, atau obat-obatan. Kesehatan keseluruhan memainkan peran penting dalam risiko glaukoma, sehingga penting untuk waspada.
Penyebab mendasar dari glaukoma adalah hambatan pada sistem drainase mata. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan yang merusak saraf optik dan menyebabkan degenerasi jaringan saraf.
Akibatnya, penglihatan menjadi kabur atau muncul bercak buta, silau, dan kesulitan melihat dalam cahaya redup.
Trauma mata bisa terjadi karena cedera atau operasi mata dan perawatan laser. Cedera ini bisa meregangkan dan menyebabkan jaringan parut pada sistem drainase mata.
Terkadang darah atau benda asing bisa memasuki sistem drainase dan menghambat aliran cairan. Tes gonioskopi diperlukan bagi mereka yang mengalami cedera mata untuk memeriksa sudut drainase.
Penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan di seluruh tubuh juga bisa memengaruhi mata. Peradangan ini bisa menyumbat sistem drainase dan meningkatkan tekanan mata.
Penggunaan steroid jangka panjang untuk kondisi autoimun juga bisa menyebabkan disfungsi drainase mata. Penting untuk melakukan pemeriksaan mata tahunan, terutama bagi mereka dengan penyakit kronis.
Diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular lainnya tidak langsung menyebabkan glaukoma. Namun, jika kondisi ini tidak terkontrol, pembuluh darah abnormal bisa tumbuh ke dalam mata dan menghambat sistem drainase.
Tekanan mata yang sangat tinggi bisa terjadi dan menyebabkan kehilangan penglihatan jika tidak segera ditangani. Gejala yang harus diwaspadai termasuk penglihatan berkurang, mata merah, nyeri mata, dan sakit kepala.
Baca Juga: Metabolit Kafein Memperlambat Perkembangan Miopia pada Anak-Anak
Gejala glaukoma
Glaukoma sudut terbuka sering tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Penyakit ini berkembang diam-diam, dengan bercak buta yang muncul di penglihatan perifer (atau penglihatan tepi.
Menurut American Academy of Ophthalmology (AAO), banyak orang tidak menyadari perubahan ini sampai kerusakan menjadi signifikan. Oleh karena itulah penyakit ini disebut dengan "pencuri penglihatan".
Glaukoma sudut tertutup, sebaliknya, bisa tiba-tiba dan parah. Gejala awal mungkin termasuk penglihatan kabur dan munculnya lingkaran cahaya. Nyeri mata yang hebat, kemerahan, dan penurunan penglihatan adalah tanda-tanda serangan yang memerlukan perhatian medis segera.
Sementara pada glaukoma tekanan normal, tekanan mata normal namun muncul gejala berupa kerusakan saraf optik dan bercak buta. Orang dengan kondisi ini memerlukan pemantauan ketat untuk perubahan dalam penglihatan mereka.
Lalu, bagaimana dengan suspek glaukoma? Apakah mereka juga memiliki gejala?
Menurut AAO, mereka umumnya mengalami tekanan mata tinggi tanpa tanda kerusakan atau memiliki saraf optik yang tidak biasa. Mereka mungkin tidak memiliki gejala tetapi memerlukan pemantauan dokter mata untuk mencegah perkembangan penyakit.
Sindrom dispersi pigmen terjadi ketika pigmen lepas dari iris dan meningkatkan tekanan mata, yang bisa menyebabkan glaukoma pigmentasi. Aktivitas fisik seperti jogging dapat memicu gejala seperti lingkaran cahaya atau penglihatan kabur pada individu dengan kondisi ini.
Pengobatan untuk glaukoma
Glaukoma memang tidak bisa disembuhkan, namun banyak orang berhasil mengelola kondisi ini. Mereka menggunakan tetes mata, perawatan laser, operasi, atau gabungan dari ketiganya.
Tujuan pengobatan adalah menurunkan tekanan dalam mata untuk melindungi saraf optik. Setiap orang memerlukan pendekatan yang berbeda, jadi diskusi dengan dokter mata sangat penting.
Berikut ini beberapa jenis pengobatan yang bisa dilakukan kepada penderita glaukoma menurut laman Glaucoma.org:
* Tetes mata adalah pengobatan yang paling sering digunakan. Jika Anda mendapat resep tetes mata, sangat penting untuk menggunakannya sesuai anjuran.
* Obat oral kadang digunakan untuk glaukoma sudut terbuka. Namun, obat ini biasanya hanya untuk jangka pendek. Efektivitasnya bisa berkurang dan sering kali ada efek samping.
* Perawatan laser membantu cairan di dalam mata mengalir lebih baik. Laser bisa diterapkan pada iris atau trabekular meshwork.
* MIGS adalah kelas baru dalam pengobatan glaukoma. Prosedur ini minim invasif dan menggunakan sayatan kecil untuk menempatkan perangkat mikroskopis di dalam mata.
* Operasi konvensional diperlukan jika obat-obatan atau laser tidak cukup efektif, atau jika pasien tidak bisa menggunakan strategi tersebut. Kebutuhan operasi meningkat seiring dengan kemajuan glaukoma.
Memahami apa itu glaukoma dan apa penyebabnya adalah langkah pertama dalam pencegahan dan pengelolaan kondisi ini. Dengan pengetahuan ini, kita dapat melindungi penglihatan kita dan kesehatan mata kita.