Balada Nestapa Kewarasan dan Kesejahteraan Nelayan yang Terabaikan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 24 Juni 2024 | 13:30 WIB
Nelayan tradisional memasukkan ikan tangkapan ke dalam jerigen di Teluk Baruk, Sepempang, Natuna. Nelayan kita bekerja dengan fasilitas seadanya. Padahal situasi di lapangan sangat berbahaya bagi kewarasan fisik dan psikologis mereka. (Agoes Rudianto/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id—Di lepas pantai Teluk Cenderawasih, Nabire, sekitar setengah jam berlayar dengan perahu cepat, ada bagan sederhana mengapung. Para nelayan berkampung halaman di Sulawesi Selatan menjadi penghuninya. Mereka terbiasa hidup di bagan berbulan-bulan lamanya.

Daeng Maros adalah salah satu nelayan yang tinggal di sini. Nama ini diberikan kawan-kawannya karena asalnya dari Maros, Sulawesi Selatan. Dia sudah merantau menjadi nelayan sejak 1990-an, yang kala itu pesisir Nabire belum seramai sekarang oleh aktivitas pariwisata.

"Di sini kami tinggal, kerja, [dan] makan. Kami masak sendiri. Kadang kami juga belanja ke kota (Nabire) untuk kebutuhan makan dan jual ikan," kata Daeng Maros. Mereka bergiliran untuk pergi ke kota. Kebutuhan air bersih dipenuhi dengan mengambil air segar dari kampung sekitar seperti Ojab'o atau Kalilemon.

Saya tiba di bagan tempat Daeng Maros dan rekan-rekannya pada pukul 9 WIT. Meski terhitung masih pagi, matahari semakin terik. Ketika saya memeriksa aplikasi Zoom Earth, suhu sekitar di atas 30 derajat Celsius. Keringat telah membasahi badan saya, sampai-sampai harus mandi diri di bawah kucuran air segar di Kalilemon.

Panas ini sudah jadi makanan sehari-hari Daeng Maros dan rekan-rekannya. Setiap harinya, mereka beraktivitas sampai malam. "Malam ya buat istirahat, tapi ada juga yang mancing untuk dimasak," terang Daeng Maros.

Sejak pagi, jaring di sisi kiri dan kanan bagan diturunkan untuk mendapatkan ikan tangkapan yang bisa dijual, dan termasuk pelbagai artropoda seperti udang. Mereka seharian ada di luar ruangan.

Di bagan, para nelayan di Teluk Cenderawasih tidak hanya menangkap ikan untuk dijual. Sebagian besar aktivitas keseharian, termasuk makan, tidur, dan buang air di atas bagan ini. Kehidupan mereka diterpa cuaca panas, sehingga memerlukan perhatian kesejahteraan nelayan. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Di siang hari, bilik kabin perahu di tengah bagan untuk beristirahat selalu kosong, kecuali barang-barang mereka. Kebiasaan ini juga dilakukan oleh kelompok nelayan lainnya di bagan-bagan yang ada di sekitar Teluk Cenderawasih.

Panas yang Merengut Kesehatan Nelayan

Putri Ayuni Alayyannur, peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menyebut, nelayan di Indonesia sering diterpa tekanan panas (heat stress). Dampaknya adalah pada kesehatan sistem ekskresi.

Dalam penelitiannya bertajuk "Relationship between individual and the risk of exposure to heat stress in Indonesian fisherman" di jurnal Pharmacognosy Journal, April 2023, Putri dan tim mengungkap bahwa nelayan rentan mengidap hipertensi dan gangguan ginjal.

Baca Juga: Degradasi Ekosistem Pesisir Menyebabkan Penurunan Pendapatan Nelayan