Asal-usul Mandat Surga yang Membentuk Sejarah Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Selasa, 25 Juni 2024 | 14:00 WIB
Tatanan dunia Tiongkok menguraikan dengan tepat bagaimana seorang kaisar memperoleh hak untuk memerintah. Untuk memerintah Kekaisaran Tiongkok, penguasa harus mendapatkan Mandat Surga. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Kaisar Tiongkok berdiri di puncak tatanan sosial Tiongkok. Terlepas dari dinasti mana yang berkuasa, jabatan kaisar hampir konstan selama lebih dari 2.000 tahun sejarah Kekaisaran Tiongkok.

Kaisar memiliki kepentingan duniawi dan spiritual. Tugasnya adalah memerintah Kekaisaran Tiongkok sesuai dengan aturan alam semesta.

Ahli teori politik kekaisaran dan tokoh agama merancang ideologi kompleks untuk menentukan bagaimana seorang kaisar mempunyai hak untuk memerintah. Ideologi itu adalah Mandat Surga.

Kaisar Tiongkok mempunyai kendali atas segalanya—tetapi ia juga berpotensi kehilangan segalanya.

Asal-usul Mandat Surga dalam sejarah Tiongkok

"Mandat Surga adalah konsep kuno dalam kebudayaan Tiongkok," tulis Greg Pasciuto di laman The Collector. Sejarawan percaya bahwa ini pertama kali dirumuskan pada masa Dinasti Zhou (1046-256 SM).

Raja-raja Zhou menyusun teori ini untuk menjelaskan dan membenarkan pemberontakan mereka melawan Dinasti Shang sebelumnya. Mereka beralasan bahwa para penguasa Shang tidak lagi disukai oleh tatanan ilahi dan oleh karena itu mereka dapat digantikan.

Dinasti-dinasti selanjutnya mengembangkan doktrin Madat Surga lebih jauh. Pentingnya hal ini bagi pemikiran politik Tiongkok berubah seiring berjalannya waktu. Mandat Surga juga memainkan peran yang jauh lebih sentral di beberapa dinasti dibandingkan dinasti lainnya. Namun, ideologi ini tetap bertahan sebagai ideologi Kekaisaran Tiongkok selama lebih dari 2.500 tahun.

Surga dalam teologi Tiongkok

Budaya keagamaan di Tiongkok merupakan budaya yang unik di antara sistem spiritual dunia. Orang-orang Tiongkok memuja dewa-dewa yang tak terhitung jumlahnya selama ribuan tahun. Namun tidak satu pun dari mereka yang benar-benar menggantikan dewa-dewa lainnya. Konsep “surga” dalam agama Tionghoa juga sangat berbeda dengan surga dalam agama lain.

Kata dalam bahasa Tionghoa untuk surga adalah tian. Biasanya mengacu pada sesuatu di luar lingkup nenek moyang dan dewa unsur—tatanan alam semesta. Surga bersifat impersonal, tidak mempunyai bentuk tertentu atau sifat-sifat yang menyerupai manusia.

Baca Juga: Sepak Terjang Kuomintang, Partai Nasionalis yang Tumbangkan Kekaisaran Tiongkok