Asal-usul Mandat Surga yang Membentuk Sejarah Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Selasa, 25 Juni 2024 | 14:00 WIB
Tatanan dunia Tiongkok menguraikan dengan tepat bagaimana seorang kaisar memperoleh hak untuk memerintah. Untuk memerintah Kekaisaran Tiongkok, penguasa harus mendapatkan Mandat Surga. (Public Domain)

Baca Juga: Kenapa Dinasti Ming Pindahkan Ibu Kota Kekaisaran Tiongkok ke Beijing?

Pandangan Dinasti Qing mengenai Mandat Surga mewakili studi kasus yang sangat menarik. Ketika klan etnis Manchu ini merebut kekuasaan pada pertengahan abad ke-17, mereka tidak melakukannya pada Dinasti Ming sebelumnya. Mereka sebenarnya mengambil mandat dari pemberontak Han Tiongkok yang telah menjatuhkan Ming.

Para pemberontak ini termotivasi oleh tanggapan Kaisar Ming yang tidak memadai terhadap bencana alam dan kemiskinan yang sering terjadi. Manchu mengeksploitasi perpecahan di antara faksi-faksi pemberontak untuk membentuk aliansi yang kuat. Pada tahun 1644, mereka dan sekutu Han Tiongkok menaklukkan Beijing. Mandat Surga telah diteruskan ke Klan Manchu Aisin Gioro, klaim mereka.

Dinasti Qing yang baru harus melakukan tindakan penyeimbangan yang sulit. Sebagai anggota etnis minoritas, kaisar Manchu sadar akan status mereka sebagai orang luar.

Namun mereka menggabungkan upaya untuk mempertahankan kekhasan budaya mereka dengan upaya untuk mengadopsi praktik dan terminologi budaya Tiongkok. Mengeklaim memerintah Kekaisaran Tiongkok di bawah Mandat Surga adalah jalan paling mudah menuju legitimasi politik.

Bagaimana Mandat Surga membentuk sejarah Kekaisaran Tiongkok?

Sebagai sebuah ideologi, Mandat Surga memandu tata negara Tiongkok selama era kekaisaran yang luas. Sama seperti hak ilahi para raja di Eropa, Mandat Surga menganugerahkan fungsi keagamaan kepada Kaisar Tiongkok. "Aturannya adalah hukum alam," jelas Pasciuto.

Namun, setidaknya secara teori, kekuasaan dinasti yang berkuasa tidak sepenuhnya absolut. Bertindak terlalu keras terhadap rakyat atau mundur saat menghadapi bencana alam bisa berarti berakhirnya sebuah dinasti. Penguasa baru kemudian bisa bangkit dan mengeklaim Mandat Surga.

Warisan abadi ideologi Konfusianisme terus mendefinisikan budaya Tiongkok (dan Asia Timur lainnya). Saat ini, pemerintahan Komunis Tiongkok tidak lagi mendasarkan legitimasinya pada Mandat Surga.

Kaisar zaman dahulu sudah lama tiada. Namun, Mandat Surga sangat berpengaruh bagi filsafat politik Kekaisaran Tiongkok selama lebih dari dua ribu tahun.

Mandat Surga mendasari dinasti-dinasti yang kuat dan menggabungkan yang sekuler dan yang sakral dengan cara yang unik.