Asal-usul Mandat Surga yang Membentuk Sejarah Kekaisaran Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Selasa, 25 Juni 2024 | 14:00 WIB
Tatanan dunia Tiongkok menguraikan dengan tepat bagaimana seorang kaisar memperoleh hak untuk memerintah. Untuk memerintah Kekaisaran Tiongkok, penguasa harus mendapatkan Mandat Surga. (Public Domain)

Beberapa pemikir sejarah Tiongkok mengaitkan tian dengan konsep shangdi (penguasa spiritual tertinggi), tetapi hal ini tidak selalu terjadi. Lebih sering, tian berarti keseimbangan kosmos.

Dinasti Kekaisaran Tiongkok menganut doktrin yang menggambarkan kaisar sebagai Putra Langit. Kaisar sebenarnya adalah sosok manusia setengah dewa. Jadi sudah menjadi kewajiban masyarakat untuk menaati dan menghormati mereka. Seperti halnya mereka menghormati dewa setempat atau orang tua mereka sendiri.

Orang Jepang kemudian mengembangkan konsep serupa di sekitar kaisar mereka sendiri. Namun, di Jepang, keluarga kekaisaran mengaku berasal dari dewa. Pemikiran ini adalah satu langkah melampaui Mandat Surga Tiongkok.

Siapa yang dapat memegang Mandat Surga?

Pertanyaan tentang siapa yang secara sah dapat memegang Mandat Surga membuat para filsuf Tiongkok tidak bisa berkata-kata. Namun secara sederhana, hanya satu penguasa yang dapat mengeklaim Mandat Surga pada waktu tertentu.

Jika pemimpin lain menentang legitimasi kaisar, mereka akan ditindak dengan tegas. Keluarga kaisar kemudian akan memegang Mandat Surga sampai alam semesta memutuskan bahwa waktu mereka telah habis.

Tidak ada dinasti yang mempunyai hak ilahi untuk memerintah selama-lamanya. Kaisar pendiri suatu dinasti juga tidak harus berasal dari latar belakang bangsawan. Beberapa kaisar Tiongkok yang paling terkenal sebenarnya berasal dari latar belakang biasa. Kaisar Hongwu, pendiri Dinasti Ming pada tahun 1368, adalah putra seorang petani.

Jika seorang kaisar gagal melayani rakyatnya dengan adil atau menjunjung tinggi ritual yang benar, ia berisiko kehilangan Mandat Surga. Rakyat di Kekaisaran Tiongkok memandang bencana alam, wabah penyakit, kelaparan, dan perang sebagai tanda-tanda bahwa sebuah dinasti telah kehilangan mandatnya.

Jika salah satu dari hal ini terjadi, maka sah untuk memberontak melawan dinasti yang berkuasa dan memulihkan tatanan alam dan sosial.

Revolusi dan perubahan dinasti di Kekaisaran Tiongkok

Jatuhnya dinasti kekaisaran merupakan perubahan besar dalam sejarah Kekaisaran Tiongkok. Secara umum, dinasti-dinasti besar setelah era Qin dan Han tampaknya berusaha mempertahankan kesinambungan ideologis dengan masa lalu Tiongkok. Pada saat yang sama, mereka mengukuhkan diri sebagai yang tertinggi, sering kali dengan menghancurkan catatan dan monumen pendahulu mereka.

Namun setiap dinasti setelah Dinasti Zhou mendasarkan legitimasi mereka pada doktrin Mandat Surga. Hal ini termasuk dinasti asal non-etnis Tiongkok, seperti Yuan dan Qing.