Sebabkan Halusinasi, Kecubung Digunakan dalam Pelbagai Ritual Manusia

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 17 Juli 2024 | 10:00 WIB
Buah dari spesies kecubung datura suci (sacred datura) bernama latin Datura wrightii. Pelbagai peradaban telah memanfaatkan kecubung sebagai ritual dan diceritakan dalam kisah, serta efeknya yang dapat berhalusinasi. (Shashankk Rai/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Ada banyak spesies kecubung (genus Datura) yang tersebar di seluruh dunia. Sebagian besar kecubung berasal dari Amerika Utara, seperti Amerika Serikat dan Meksiko yang diperkirakan jejak arkeologinya sudah ada sejak 3.000 tahun.

Ada pun para ahli botani di seluruh dunia juga menyingkap keberadaannya di Asia, seperti Datura ferox yang berasal dari Tiongkok, D. metel dari India dan Asia Tenggara, dan D. leichardthii dari Australia.

Keragaman spesies di seluruh dunia ini diperkirakan dari proses introduksi, baik secara alami maupun peran manusia. Misalnya, ada pendapat yang menyatakan kecubung dari Amerika tersebar berkat buah kecubung—atau kapsul biji—tersebar melintasi Samudra Atlantik sampai akhirnya tiba di Afrika.

Bagaimanapun, peradaban manusia sudah mengenal tumbuhan liar ini. Karena bentuknya yang menarik berupa bunga trompet dengan warna mencolok dan buahnya yang bisa membuat orang berhalusinasi dan beracun, tumbuhan ini dimanfaatkan. Pemanfaatannya dijadikan sebagai bagian ritual keagamaan.

Kecubung dalam kebudayaan Amerika

Sebagai salah satu tempat utama asalnya, kecubung dimanfaatkan oleh pelbagai peradaban asli Amerika sebelum kedatangan Colombus.

Suku pribumi AS di California Selatan seperti Tongva dan Chumash menggunakan kecubung spesies datura suci (sacred datura) atau D. wrightii sebagai konsumsi yang menunjukkan kedewasaan laki-laki.

Kecubung diolah menjadi minuman. Minuman ini dianggap sebagai pengembangan kekuatan spiritualitas bagi laki-laki dewasa. Karena beracun, tidak semua anak-anak bisa selamat. 

Dalam mitologi masyarakat Chumash, kecubung dikisahkan merupakan perwujudan dari leluhur berupa wanita tua "Momoy" setelah banjir besar. Perubahan wujud sosok ini menjadi pemisah antara zaman mitos dan dunia modern.

Bagi masyarakat Navajo yang mendiami AS barat daya, menggunakan kecubung dengan batas tertentu. Mereka menghindari efek halusinasi dan beracun, kecuali pada tindakan ritual.

Orang Navajo menggunakan akar potongan akar kecubung kepada korban pencurian untuk mengungkap identitas pelaku.

Baca Juga: Tumbuhan Kecubung: Antara Obat dan Racun yang Menyebabkan Halusinasi

Hal ini juga dilakukan oleh suku-suku pribumi AS barat daya, seperti Zuni yang disingkap Matilda Coxe Stevenson dalam Ethnobotany of the Zuñi Indians (1915).

Stevenson juga menyingkap, masyarakat suku Zuni menggunakan kecubung datura suci untuk upacara, sihir, dan ramalan.

Young dan Cross dalam Stramonium Psychodelia (1969) menyingkap, penduduk pribumi Amerika Utara menjadikan kecubung sebagai obat meredakan asma. Kecubung biasanya dibakar dan dihisap seperti rokok atau dibakar seperti dupa yang asapnya dihirup langsung.

Masyarakat Aztek menggunakan kecubung sebagai obat penghilang rasa sakit dalam ritual inisiasi dan sebagai narkotika dalam ritual pengorbanan.

Kecubung dalam peradaban Asia kuno

Walter H. Lewis dan P. F. Elvin-Lewis dalam Medical Botany: Plants Affecting Man's Health First Edition mengungkap bahwa peradaban di India percaya akan khasiat kecubung.

Bijinya diolah menjadi  bubuk dan dicampur dengan mentega, kemudian disuguhkan sebagai minuman untuk penyakit impoten. Mereka juga mengoleskannya pada alat kelamin untuk mendapatkan gairah seksual laki-laki dewasa.

Selain itu, dalam mitologi Hindu pun meyakini bahwa kecubung adalah tanaman yang menyebabkan dewa Siwa mabuk secara ilahi. Mabuknya dewa Siwa terjadi setelah peristiwa pengadukan susu kosmik Samudramantana yang melibatkan para dewa dan raksasa.

Tumbuhan kecubung memiliki fitur bunga terompet dengan warna yang cantik. Hal ini membuatnya dapat digunakan sebagai tanaman hias di rumah atau taman. (Leandra Plaza Santa/Flickr)

Dari adukan itu muncul tanaman beracun yang diyakini sebagai kecubung. Tidak ada yang bisa menelan racun, kecuali Siwa. Akibatnya, sang dewa mabuk dan lehernya menjadi biru permanen.

Kecubung hadir dalam ragam teks agama Buddha di Asia Selatan dan Tibet. Dalam teks tantra Vajrayana, kecubung disebut sebagai dathura—yang menjadi cikal penyebutan dalam bahasa ilmiah.

Baca Juga: Rentetan Kemalangan yang Mengikuti Batu Kecubung Terkutuk dari Delhi

Samuel M. Grimes dalam Portrait of a Poison: Datura in Buddhist Magic menuliskan, kecubung digunakan untuk satu atau lebih kegiatan magis

Di Tiongkok, kecubung dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional untuk asma, batuk, nyeri, rematik, kejang, dan anestesi bedah sejak Dinasti Song (960–1279 M).

Yunani Kuno, Mesopotamia, dan Afrika

Seperti di Tiongkok, peradaban Yunani kuno memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai tindakan medis tradisional yang berhubungan kekuatan magis.

F.J. Carod-Arta dalam Psychoactive plants in ancient Greece, mencatat, kecubung (D. stramonium) dan belladonna (Atropa belladonna) keduanya dipakai oleh peradaban Yunani kuno dan Mesopotamia.

Homeros, dalam sastra epik Odisseia (Odyssey) menyebut bahwa ramuan yang mengubah teman Ulysses menjadi babi, namun tidak Ulysses sendiri karena meminum penawar dari dewa Hermes. Beberapa ahli meyakini bahwa ramuan itu mengandung zat hipnosis dari kecubung.

Filsuf Theofrastos dari Pulau Lesbos menulis pengetahuan tentang dosis kecubung, yakni "Dari jumlah ini, beratnya diberikan tiga per dua puluh satu ons, jika ia langsung menjadi gila dan mengalami delusi; tiga kali lipat dosis jika ia menjadi gila permanen... empat kali lipat dosis yang diberikan, jika orang tersebut akan dibunuh".

Beberapa peradaban di Afrika pun memanfaatkan kecubung. Masyarakat Tsonga di Mozambik, spesies kecubung D. metel 'Fastuosa' menggunakan kecubung sebagai kedewasaan.

Thomas F. Johnston dalam Datura fastuosa: Its Use in Tsonga Girls' Initiation (1972) menulis kecubung dimanfaatkan oleh perempuan Tsonga untuk menggugah spiritualitas, melihat atau mendengar suara dewa kesuburan dengan halusinasi berupa pola warna hijau kebiruan. Halusinasi ini disebut sebagai "perjalanan dalam roh".