Perang Saudara Terus Berlanjut
Bahkan saat ia memimpin perang melawan Jepang, Mao berencana merebut kekuasaan dari sekutu lamanya, Kuomintang. Mao menyusun ide-idenya dalam sejumlah pamflet. Pada tahun 1944, Amerika Serikat mengirimkan Misi Dixie untuk menemui Mao dan komunis. Amerika menganggap komunis lebih terorganisir dan tidak korup dibandingkan Kuomintang, yang telah menerima dukungan Barat.
Setelah Perang Dunia II berakhir, tentara Tiongkok mulai berperang lagi dengan sungguh-sungguh. Titik baliknya adalah Pengepungan Changchun tahun 1948. Tentara Merah, yang kini disebut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), mengalahkan tentara Kuomintang di Changchun, Provinsi Jilin.
Pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao merasa cukup percaya diri untuk mendeklarasikan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Pada 10 Desember, PLA mengepung benteng terakhir Kuomintang di Chengdu, Sichuan. Pada hari itu, Chiang Kai-shek dan pejabat KMT lainnya meninggalkan Tiongkok Daratan menuju Taiwan.
Rencana 5 Tahun Mao Zedong
Dari rumah barunya di sebelah Kota Terlarang, Mao mengarahkan reformasi radikal di Tiongkok. Tuan tanah dieksekusi, mungkin sebanyak 2-5 juta orang di seluruh negeri. Ttanah mereka didistribusikan kembali kepada petani miskin. Kampanye untuk menekan kaum kontrarevolusioner merenggut sedikitnya 800.000 nyawa. Sebagian besar dari para korban adalah mantan anggota Kuomintang, intelektual, dan pengusaha.
Dalam Kampanye Five-Anti Campaigns pada tahun 1951-52, Mao mengarahkan penargetan terhadap orang-orang kaya dan tersangka kapitalis. Mereka semua menjadi sasaran sesi perjuangan publik. Banyak orang yang selamat dari pemukulan dan penghinaan kemudian melakukan bunuh diri.
Antara tahun 1953 dan 1958, Mao meluncurkan Rencana Lima Tahun Pertama, yang bertujuan menjadikan Tiongkok sebagai kekuatan industri. Didukung oleh keberhasilan awalnya, Ketua Mao meluncurkan Rencana Lima Tahun Kedua, yang disebut Lompatan Jauh ke Depan. Rencana itu diluncurkan pada bulan Januari 1958.
Mao mendesak para petani untuk melebur besi di pekarangan mereka, alih-alih merawat tanaman. Hasilnya sangat buruk. Diperkirakan 30-40 juta orang Tiongkok kelaparan pada tahun 1958-1960.
Kebijakan Luar Negeri
Tak lama setelah Mao mengambil alih kekuasaan di Tiongkok, ia mengirim "Tentara Relawan Rakyat" ke Korea. Tentara tersebut berperang bersama Korea Utara melawan pasukan Korea Selatan dan PBB. Tentara Relawan Rakyat menyelamatkan pasukan Kim Il-Sung dari serbuan, sehingga mengakibatkan kebuntuan yang berlanjut hingga saat ini.
Pada tahun 1951, Mao juga mengirim PLA ke Tibet untuk "membebaskan" mereka dari kekuasaan Dalai Lama.