Namun apa yang membuat geisha begitu populer? Hal ini ada kaitannya dengan seksualisasi Barat selama berabad-abad yang menyebabkan hilangnya konteks sejarah dan budaya geisha.
Memahami geisha di Jepang modern
Berkat seksualisasi selama berabad-abad di media Barat, citra geisha sering dikaitkan erat dengan pekerja seks. Ada beberapa kebenaran sejarah dalam hal ini—geisha pernah terhubung dengan tempat hiburan.
Pada zaman Tokugawa, mereka pernah melakukan pekerjaan seks pada masa ketika pekerjaan tersebut lebih banyak dilakukan.
Namun, sebagian besar konsepsi kontemporer yang bermuatan erotis berasal dari kisah-kisah sensasional. Misalnya seperti yang diceritakan oleh penulis seperti Arthur Golding, penulis Memoirs of a Geisha.
Karyanya menyebabkan bagaimana perempuan-perempuan ini dipahami di Barat selama beberapa dekade.
Namun kesalahpahaman para geisha ini membuat mereka kehilangan sejarah berabad-abad yang berakar pada budaya dan seni.
Istilah geisha menekankan hiburan, kesenian, dan pertunjukan. Karakter pertama, gei, juga ditemukan pada kata seni, artis, dan seni pertunjukan.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa gambaran yang secara otomatis muncul dari geisha saat ini—terutama di luar negeri—sangat tidak biasa ketika kita mencoba mengaitkannya dengan sejarah,” Maki Isaka, seorang profesor di Universitas Minnesota.
“Geisha berarti ‘yang (sha)’ melakukan ‘gei (teknik artistik yang diperoleh)’. Istilah tersebut digunakan dengan cara yang sama di masa lalu, tetapi bahkan lebih luas lagi mencakup praktisi seni bela diri.”
Baca Juga: Sebelum Wanita, Pria Sudah Lebih Dulu Jadi Geisha di Kekaisaran Jepang