Mengapa Mendaki Gunung Sangat Bermanfaat bagi Tubuh dan Otak Kita?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 3 Juli 2024 | 12:00 WIB
Apakah Anda gemar mendaki gunung atau sekadar menikmati alam? Kegiatan ini ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan. (Paxson Woelber/CC BY-SA 4.0)

Sifat hiking yang menahan beban juga dapat membantu meningkatkan kepadatan tulang, sehingga mengurangi risiko osteoporosis, tambah Rami Hashish, ahli terapi fisik dan konsultan kinerja tubuh di National Biomechanics Institute di Los Angeles.

Pertumbuhan dan pemeliharaan otot juga terjadi karena pendakian menargetkan beberapa kelompok otot. Termasuk paha depan, paha belakang, fleksor pinggul, tulang kering, betis, bokong, dan inti, kata Joel Martin, seorang profesor di Universitas George Mason.

Menggunakan tongkat trekking juga dapat melatih otot-otot tubuh bagian atas seperti lengan dan bahu. Pendakian yang lebih curam dapat mengintensifkan latihan banyak otot.

Perubahan medan dan navigasi di sekitar bebatuan serta rintangan dapat meningkatkan keseimbangan, postur, dan koordinasi.

Mendaki gunung menggabungkan komponen kardio, keseimbangan, dan angkat beban. Peningkatan kompleksitas ini menciptakan tantangan yang lebih besar bagi tubuh kita,” kata Joyce Gomes-Osman, ahli terapi fisik dan ahli saraf.

Peningkatan ketajaman mental

Manfaat mendaki gunung bagi kesehatan mental juga tidak kalah menariknya.

“Ada bukti penelitian substansial mengenai manfaat hiking terhadap kesehatan mental pada berbagai individu. Termasuk orang tua dan muda,” kata Martin.

Salah satunya, mendaki selama 30 menit saja terbukti mengurangi hormon stres sebanyak 28 persen. Berjalan lebih lama dan lebih sering telah terbukti meningkatkan parameter stres fisiologis yang terkait dengan stres akut. “Seperti variabilitas detak jantung dan tingkat kortisol," kata Martin Niedermeier, ilmuwan olahraga di Universitas Innsbruck.

Aktivitas tersebut juga dapat mengurangi kecemasan dan depresi. Juga meningkatkan kognisi, fungsi memori, dan keterampilan pemecahan masalah.

Pendakian memerlukan lobus frontal otak untuk memberikan perhatian terus-menerus terhadap proses yang bidang visual yang selalu berubah. Seorang pendaki harus mengidentifikasi bahaya tersandung dan terpeleset di jalur pendakian. Faktor lain yang berkontribusi.

Baca Juga: Wisata Alam dan Mendaki Gunung Berdampak Buruk Terhadap Satwa Liar