Henti Jantung Mendadak pada Atlet, Apa Penyebab dan Cara Mencegahnya?

By Ade S, Senin, 1 Juli 2024 | 12:03 WIB
Bagaimana seorang atlet yang terlihat sehat tiba-tiba meninggal dunia akibat henti jantung mendadak? Apa penyebab dan cara mencegahnya? (Freepik.com)

Nationalgeographic.co.id—Henti jantung mendadak merupakan peristiwa yang mengejutkan, terutama ketika menimpa atlet yang sebelumnya dianggap sebagai simbol kesehatan dan kebugaran.

Meskipun jarang terjadi, kematian mendadak ini dapat mempengaruhi seluruh masyarakat.

Pertanyaannya adalah, mengapa atlet yang secara fisik sehat bisa mengalami kondisi yang mengancam nyawa ini?

Artikel ini akan mengupas penyebab utama henti jantung mendadak pada atlet dan bagaimana kita dapat mencegahnya.

Penyebab kematian pada atlet

Henti jantung mendadak atau kematian jantung mendadak (sudden cardiac death atau SCD) menjadi salah satu permasalahan besar yang terjadi di masyarakat.

Hal ini terjadi karena masyarakat sulit untuk menerima kenyataan bahwa seorang atlet yang terbiasa menjalani gaya hidup sehat bisa tiba-tiba kehilangan nyawanya.

Penyebab kematian mendadak akibat masalah jantung pada atlet dapat bervariasi, terutama tergantung pada populasi atlet.

Berdasarkan data medis dari 1.400 atlet di Amerika Serikat, berikut adalah beberapa penyebab kematian mendadak akibat masalah jantung pada atlet muda di bawah usia 35 tahun:

1. Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM)

Sebanyak 36% kematian disebabkan oleh HCM, yaitu penyakit jantung saat otot jantung (miokardium) mengalami penebalan yang tidak normal. Penebalan otot jantung ini membuat jantung sulit memompa darah dengan efektif.

Baca Juga: Mikroplastik di Arteri Tingkatkan Risiko Serangan Jantung dan Stroke

2. Anomalous Coronary Artery

Sebanyak 17% kematian disebabkan oleh arteri koroner yang tidak normal atau mengalami malformasi. Kondisi ini biasanya bersifat bawaan (kongenital) dan terkait dengan lokasi atau asal arteri koroner.

3. Kelainan Aktivitas Listrik Otot Jantung

Sebanyak 4% kematian disebabkan oleh kelainan aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot jantung.

Selain ketiga faktor di atas, seperti dilansir dari laman bangkokhearthospital.com, ada faktor pemicu lain yang berkontribusi pada kematian mendadak akibat masalah jantung, seperti pusing tiba-tiba, palpitasi, dan nyeri dada yang hebat.

Pada atlet yang berusia lebih dari 35 tahun, kematian mendadak akibat masalah jantung biasanya disebabkan oleh acquired atherosclerotic coronary artery disease (CAD).

Beberapa diagnosis ini mungkin tidak terlihat secara klinis hingga akhirnya pertama kali muncul disertai dengan kematian mendadak.

Untuk itu, program skrining yang memanfaatkan teknologi dan diagnosis jantung yang canggih sangat membantu mendeteksi dini kelainan jantung.

Sebab kelaian itulah yang menjadi faktor utama dalam terjadinya kematian mendadak akibat masalah jantung, bahkan tanpa adanya tanda dan gejala peringatan.

Otot jantung dan kematian jantung mendadak

Jaringan otot jantung atau miokardium adalah jenis jaringan otot khusus yang membentuk jantung. Otot jantung berkontraksi dan berelaksasi secara involunter. Fungsinya adalah menjaga agar jantung memompa darah yang cukup untuk memasok seluruh tubuh, termasuk otak.

Baca Juga: Sejarah Dunia Medis: Suku Tsimane Memiliki Jantung Tersehat di Dunia

Sementara kardiomiopati adalah penyakit otot jantung yang membuat jantung sulit memompa. Ada berbagai jenis kardiomiopati.

Namun, penyakit otot jantung yang paling umum menyebabkan kematian mendadak akibat masalah jantung pada atlet disebut kardiomiopati hipertrofik (HCM). Ini adalah suatu kondisi saat otot jantung mengalami penebalan yang tidak normal.

Penebalan otot jantung ini membuat jantung kesulitan memompa darah dengan cukup ke seluruh tubuh. Meskipun demikian, otot jantung biasanya menjadi lebih tebal pada atlet tanpa adanya kelainan klinis.

Untuk melakukan skrining dan diagnosis dengan akurat, alat diagnostik canggih seperti echokardiogram dan keterlibatan ahli kardiologi olahraga yang sangat berpengalaman sangat penting.

Selain skrining dengan echokardiogram, riwayat medis lain seperti penyakit penyerta dan riwayat keluarga penyakit kardiovaskular juga harus digunakan untuk mengevaluasi risiko kematian mendadak akibat masalah jantung.

Pencegahan kematian mendadak akibat masalah jantung pada atlet

Salah satu alat yang paling efektif untuk mengurangi risiko kematian mendadak akibat masalah jantung pada atlet adalah program skrining. Alat ini sangat penting terutama bagi atlet profesional yang harus berpartisipasi dalam kompetisi yang memerlukan latihan terus-menerus.

Protokol skrining untuk mencegah kematian mendadak akibat masalah jantung pada atlet biasanya melibatkan pemeriksaan fisik dan riwayat medis. Contohnya riwayat penyakit penyerta, riwayat keluarga penyakit kardiovaskular, serta tanda-tanda abnormal sebelumnya saat berolahraga atau bermain di lapangan, termasuk sesak napas, pingsan, pusing, palpitasi, dan nyeri dada tiba-tiba.

Tes skrining sendiri meliputi elektrokardiogram (EKG) dan echokardiogram. EKG adalah tes yang mengukur aktivitas listrik detak jantung. Setiap detak, impuls listrik (dikenal juga sebagai gelombang) bergerak melalui jantung. Gelombang ini menyebabkan otot berkontraksi dan memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Selain itu, echokardiogram juga digunakan untuk mengevaluasi fungsi pemompaan jantung dan memvisualisasikan struktur jantung, katup jantung, dan ruang jantung.

Meskipun kematian mendadak akibat masalah jantung tidak dapat sepenuhnya dicegah, skrining dini dapat membantu mendeteksi kelainan jantung pada tahap awal sehingga pengobatan dapat diberikan dengan tepat, sambil melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai.