Meskipun dikenal sebagai salah satu kaisar yang menonjol dalam dinasti tersebut, seperti dilansir dari laman samurai-archives.com, masa pemerintahan Wanli juga menyaksikan banyak peristiwa penting.
Namun, Wanli lebih dikenal karena frustrasinya terhadap birokrasi dan ketidaknyamanannya dalam menjalankan tugas pemerintahan. Ia sering membiarkan petisi dan masalah menumpuk, bahkan hingga urusan pemerintahan atau kekaisaran terhenti tanpa terselesaikan.
Wanli hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh ritual negara, kewajiban istana, dan pengaruh kuat para eunuk yang mengendalikan birokrasi. Meskipun sebagai kaisar, ia merasa tidak mampu mengurangi cengkeraman mereka atau benar-benar menggunakan kekuasaannya.
Sejarawan Ray Huang menggambarkan masa pemerintahan Wanli sebagai pergeseran kekuasaan dari monarki yang aktif dan terlibat pada awal Dinasti Ming menjadi birokrasi yang kuat dan mapan.
Birokrasi ini bahkan mungkin memerlukan kaisar yang netral, berfungsi sebagai simbol tanpa campur tangan dalam kerja birokrasi. Beberapa interpretasi menyebut frustrasi Wanli sebagai faktor yang melemahkan Dinasti Ming, yang akhirnya mengalami kejatuhan 24 tahun setelah kematian kaisar ini.
Selama masa pemerintahannya, terjadi peristiwa penting seperti kedatangan Yesuit Matteo Ricci di istana Beijing pada tahun 1582 dan invasi Korea oleh Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1590-an.