Inovasi lain untuk pemanfaatan sagu ditawarkan oleh Fitri Nur Kayati, peneliti dari Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN. Menurut Fitri, sagu adalah alternatif sumber karbohidrat yang dapat menjadi pangan fungsional.
“Sagu kaya akan kandungan karbohidrat, kalsium, iron, tinggi serat, dan rendah gula, sehingga cocok untuk makanan diet. Sagu dapat diubah menjadi produk beras artifisial yang dicampur dengan beras coklat ataupun diolah menjadi bentuk pasta maupun mi," papar Fitri.
"Produk berbasis sagu ini kaya akan nutrisi karena rendah gula dan kaya serat. Bahkan indeks glikemik sagomee hanya berkisar 47,16 dibanding mie berbahan terigu yang mencapai 95,51,” jelasnya.
Produk sagu lainnya juga dapat diolah menjadi pati sagu pragelatinisasi. Produk modifikasi tepung sagu ini sebagai bahan pembantu untuk memformulasi makanan olahan. Fungsinya untuk memperbaiki tekstur kekentalan dari produk makanan sebagai bahan pengikat.
“Jenisnya ada dua, yaitu partial pregelatinized starch dengan teknologi twin screw extruder dan jenis fully pregelatinized starch dengan teknologi drum drier. Sebenarnya pemanfaatan sagu untuk diolah menjadi pangan nasional masih banyak variasinya, misalnya diolah menjadi tepung instan dan dextrin. Dextrin ini berfungsi untuk mengatur kekentalan dalam industri kuliner.”
Sementara itu peneliti dari Pusat Riset Agroindustri BRIN, Yanuar Sigit Pramana, menerangkan dirinya bersama tim telah menghasilkan beberapa riset dan inovasi terkait pengolahan sagu. Di antaranya drilling starch, sodium starch glycolate, microcrystalline cellulose, dietary fiber, sago artificial race, partial pregelatinized sago starch, hydroxyproline sago starch, dan bio-ethanol.
“Drilling starch ini diaplikasikan dalam industri minyak dan gas, khususnya dalam bidang pengeboran cairan (lumpur berbahan dasar air). Fungsi pengeboran pati ini untuk pengendalian kehilangan cairan untuk menjaga stabilitas lubang sumur dan mencegah ledakan. Saat ini hasil riset ini telah siap uji lapangan di pengeboran sumur Elnusa-Pertamina,” terang Yanuar.
Sementara itu, sodium starch glycolate berfungsi untuk membantu penghancuran tablet, sehingga dapat larut dengan cepat setelah konsumsi. Adapun selulosa mikrokristalin dalam industri farmasi berfungsi sebagai pengikat dan pengisi dalam formulasi tablet dan dalam industri makanan berfungsi sebagai anti-caking agent, lemak pengganti, penstabil, dan pengental.
“Pengolahan sagu juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan etanol berbahan dasar hayati. Etanol diperoleh akibat proses fermentasi yang melibatkan gula," ucap Yanuar.
"Teknologi fermentasi ini dapat menghasilkan etanol dengan konsentrasi lebih dari 16%. Sementara dengan metode konvensional fermentasi hanya dapat menghasilkan sekitar 10% etanol. Jadi hasilnya bisa lebih optimal."