Bagaimana Ikaria Tundukkan Ottoman dan Jadi Negara Merdeka Terkecil dalam Sejarah Dunia?

By Ade S, Selasa, 23 Juli 2024 | 13:03 WIB
Peta pulau Ikaria. Ikaria, pulau kecil yang tundukkan Ottoman dan jadi negara terkecil dalam sejarah dunia. Simak kisahnya! (Bgabel )

Setelah merebut ibu kota, para "peburu gadungan" ini akan menghajar sisa-sisa pasukan Ottoman yang tersebar di tempat lain.

Sayangnya, rencana tersebut bocor. Mendapat laporan adanya sekelompok pria bersenjata di sekitarnya, Thucydides Efendi meningkatkan kesiagaan garnisun di ibu kota. Malachias pun mengubah rencana dan membawa pasukan pemberontaknya ke utara untuk bergabung dengan Fountoulis.

Bersama-sama, kelompok bersenjata Ikaria yang semakin besar ini berhasil menangkap pasukan Ottoman yang tak seberapa jumlahnya di Evdilos pada 16 Juli. Namun, dua tentara Ottoman berhasil kabur dan mundur ke ibu kota untuk memperingatkan Thucydides Efendi.

Tertinggal kaget, Thucydides memerintahkan sembilan prajurit dari garnisun kecilnya untuk bergerak ke utara dan menghadapi para pemberontak. Inilah pertempuran satu-satunya yang terjadi dalam perjuangan kemerdekaan Ikaria.

Pertempuran penentu

Keesokan harinya, 17 Juli, pertempuran kembali terjadi antara 50 pemberontak Ikaria dan sembilan tentara Ottoman di dekat desa di jalur menuju Evdilos. Baku tembak sengit terjadi, namun tak ada korban jiwa di kedua pihak.

Saat asap pertempuran menghilang dan tentara Ottoman menyerah, tragedi terjadi. George P. N. Spanos, seorang pemberontak Ikaria yang terlambat bergabung, tertembak oleh peluru kawan sendiri dan menjadi korban jiwa satu-satunya dalam perjuangan kemerdekaan pulau ini.

"Spanos pun diabadikan sebagai pahlawan terdepan dalam gerakan kemerdekaan Ikaria," jelas Pappas.

Fountoulis dan Malachias kemudian memimpin pasukan pemberontak untuk merebut Agios Kyrikos, ibu kota pulau. Sementara itu, Thucydides Efendi dan pasukan Ottoman yang semakin berkurang berlindung di gedung administrasi.

Ironisnya, Thucydides Efendi tak bisa mengandalkan siapa pun selain arsitek gedung itu sendiri, George Fountoulis, untuk menyerang benteng pertahanan mereka.

Kini, Fountoulis dan Malachias, bersama pasukan pemberontak yang mengepung, berada di posisi yang menguntungkan. Thucydides Efendi pun menyerah pada pagi hari tanggal 18 Juli 1912.

Baca Juga: Sejarah Dunia: Kala Ratu Inggris dan Sultan Ottoman Jalin Hubungan Mesra