Nationalgeographic.co.id—Sebuah pepatah lama yang menyebutkan "apalah arti sebuah nama?" nampaknya bisa terbantahkan oleh seorang ekolog asal Australia.
Caranya untuk mengubah nama hewan-hewan "biasa" menjadi nama lokal yang terasa unik dan juga menarik untuk didengar atau dibaca dianggap bisa memberikan dampak besar.
Dampak yang dimaksud adalah upaya pelestarian dari hewan-hewan terancam punah dengan nama yang dianggap "biasa".
Bagaimana itu bisa terjadi? Mari kita simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Hewan indah dengan nama yang tidak indah
Di dataran tandus Australia selatan, berlari kecil makhluk kecil yang oleh ekolog Steve Morton digambarkan sebagai "sangat indah".
Hewan ini memiliki telinga runcing, ekor halus, dan perut berwarna krem. Namun, nama mereka sama sekali tidak indah: tikus dataran.
"Saya sendiri adalah orang pedalaman," kata Morton, seperti dilansir dari National Geographic, "tetapi dapatkah Anda membayangkan nama yang lebih mengecewakan?"
Tikus dataran sekarang dianggap punah di sebagian besar wilayah jelajah historisnya, menjadi korban hilangnya habitat dan pemangsa yang dibawa masuk seperti kucing liar dan rubah.
Untuk menyelamatkan tikus dataran yang tersisa, Morton memiliki ide: singkirkan nama Eropa mereka dan klaim kembali mereka sebagai makhluk unik Australia.
Dia memimpin kampanye untuk menamai kembali tikus dataran menjadi palyoora, sebutan yang digunakan oleh orang Wangkangurru.
Baca Juga: Dunia Hewan: Apa Penyebab Kematian Populasi Mamut Berbulu Terakhir?