Saat ini, American Ornithological Society sedang dalam proses mengganti nama puluhan spesies burung yang dinamai menurut nama ahli eugenika dan pemilik budak.
Alasan di balik perubahan nama ini bukan hanya masalah semantik, tetapi juga emosional.
Sebuah studi tahun 2020 terhadap 26.794 nama umum hewan menemukan bahwa banyak nama yang mengandung kata-kata yang memicu emosi positif atau negatif yang kuat.
Contoh kata-kata positif termasuk "emas", "hebat", dan "burung merpati". Sedangkan contoh istilah negatifnya adalah "tikus", "lebih rendah", dan "buta".
Banyak nama yang juga menyesatkan. Contohnya hamster biasa, hewan pengerat Eropa yang terancam punah kritis yang telah kehilangan 94 persen wilayah jelajahnya dan kini jauh dari kata "biasa".
Gregory Andrews, pria D'harawal dan Komisaris Spesies Terancam Punah yang ditunjuk pertama di Australia yang menjabat dari 2014 hingga 2017, mengatakan bahwa hewan pengerat khususnya akan mendapat manfaat dari perubahan nama.
"Karena konteks budaya Eropa tentang hewan pengerat yang menyebarkan penyakit, orang-orang berpikir hewan pengerat perlu diracun," katanya. "Tetapi dalam budaya Aborigin, tikus tidak memiliki gambaran negatif itu."
Upaya dan pendanaan konservasi sering kali sangat bergantung pada persepsi publik.
Memberi hewan nama yang positif (dan akurat) dapat menjadi "cara yang sederhana dan hemat biaya untuk meningkatkan hasil konservasi," tulis para peneliti dalam studi tahun 2020.
"Bayangkan orang-orang yang duduk di sekitar meja memutuskan alokasi dana [konservasi] - Anda tidak akan memberikannya kepada tikus, bukan?" kata Morton. "Tapi Anda mungkin akan memberikannya kepada palyoora."
Studi lain tampaknya mendukung argumennya.
Baca Juga: Mengapa Pemanasan Global dapat Menyebabkan Kepunahan Spesies?
Pada tahun 1998, para peneliti meminta pengunjung Kebun Binatang London untuk memberi peringkat 133 foto hewan dalam urutan yang akan mereka pilih untuk membantu konservasi, pertama tanpa menyebutkan nama umum mereka.
Ketika nama ditambahkan, mereka memiliki efek negatif pada hewan seperti katak racun stroberi dan monyet laba-laba berwajah merah - sementara itu memberikan dorongan untuk makhluk seperti burung penyanyi Inggris atau monyet Diana.
Mempelajari dampak nama hewan terhadap persepsi dan upaya konservasi dapat menjadi langkah penting dalam melindungi spesies yang terancam punah.
Mengubah nama yang negatif atau menyesatkan menjadi nama yang lebih positif dan akurat dapat membantu meningkatkan kesadaran publik, mendorong empati, dan ultimately, meningkatkan peluang kelangsungan hidup mereka.