Morton berpendapat bahwa semua hewan pengerat asli Australia bisa menggunakan pergantian nama. Dari 60 spesies hewan pengerat asli negara itu, hampir sepertiga punah atau terancam punah.
Namun, sulit membuat publik peduli, dan Morton berpikir itu sebagian karena nama mereka yang kurang menarik.
Dia berharap dengan nama baru seperti palyoora, tikus dataran akan mendapatkan perhatian publik seperti spesies Australia lain yang memiliki nama Aborigin, seperti walabi, kookaburra, dan kanguru.
Lebih dari sekadar meningkatkan kesadaran, perubahan nama ini juga merupakan langkah maju dalam hal budaya.
"Nama-nama Eropa yang dikenakan pada hewan-hewan ini seringkali hanya merendahkan," kata Morton.
"Orang Aborigin masih memiliki hukum, budaya, dan sebagian besar tanah mereka—mengapa mereka tidak bisa memiliki hak penamaan mereka juga?"
Morton berharap dengan mengganti nama tikus dataran menjadi palyoora, dia dapat membantu menyelamatkan hewan ini dan sekaligus menghormati budaya Aborigin Australia.
Arti sebuah nama bagi upaya konservasi
Memberikan nama baru pada hewan umumnya jarang dilakukan, namun bukan berarti tidak pernah terjadi.
Seringkali, perubahan nama merupakan bagian dari pertimbangan yang lebih luas.
Contohnya, ngengat gypsi yang invasif diubah namanya menjadi ngengat spons pada tahun 2022 untuk menghindari konotasi negatif bagi orang Romani, dan ikan carp Asia berganti nama menjadi copi pada tahun yang sama.
Baca Juga: Cegah Kepunahan Tumbuhan Indonesia, BRIN dan Lembaga Asing Bangun Bank Benih