Apa yang Terjadi dengan Elizabeth I Setelah Anne Boleyn Meninggal?

By Ade S, Rabu, 24 Juli 2024 | 12:03 WIB
Apa yang terjadi dengan Elizabeth I usai ibunya, Anne Boleyn, meninggal dunia karena dituduh berselingkuh oleh ayahnya yang justru menikah lagi? (William Scrots)

Nationalgeographic.co.id—Elizabeth I, yang diyakini sebagai salah satu, atau bahkan mungkin raja terhebat Inggris, berhasil menyelamatkan negara dari invasi berkat kemenangan atas Armada Spanyol.

Ia juga mengembalikan ajaran Protestan dan membentuk Inggris menjadi negara yang kuat dan independen.

Namun, masa kecilnya diwarnai kesulitan dan ia beruntung bisa mencapai takhta. Sang ayah, Henry VIII, menghukum mati ibunya, Anne Boleyn, saat Elizabeth masih muda. Ia dilucuti hak warisnya dan dipenjara di Menara London.

Lahir pada 7 September di Istana Greenwich, berita kelahiran Elizabeth disambut sukacita di seluruh negeri. Namun, bagi sang ayah, Henry, kelahiran ini adalah kekecewaan pahit.

Ia sangat menginginkan pewaris laki-laki untuk melanjutkan dinasti Tudor. Meskipun Elizabeth ditunjuk sebagai pewaris takhta berikutnya, Raja berdoa agar anak selanjutnya adalah laki-laki yang akan menggantikan posisinya.

Di usia dua tahun delapan bulan, Anne Boleyn, ibu Elizabeth, dihukum berzinah dan dipenggal atas perintah Henry VIII.

Seminggu kemudian, sang ayah menikahi Jane Seymour, dayang Anne.

Lalu, apa yang terjadi pada Elizabeth I setelah kematian sang ibu dan pernikahan sang ayah? Simak kisahnya dalam artikel berikut ini.

Sempat disingkirkan

Akibat peristiwa kematian ibunya dan pernikahan ayahnya dengan Jane Seymour, Elizabeth dinyatakan tidak sah dan dikeluarkan dari garis suksesi kerajaan. Melansir BBC, gelarnya diturunkan dari 'Putri' menjadi 'Lady'.

Selama beberapa tahun, Elizabeth terabaikan. Namun, semuanya berubah ketika istri terakhir Henry, Catherine Parr, mengambil alih urusan Elizabeth.

Baca Juga: Henry VIII, Suami Anne Boleyn yang Suka Otak-atik Aturan Demi Nafsunya

Sang putri raja mendapatkan pendidikan tinggi dan, yang tak kalah penting, diajarkan seni berbicara di depan publik oleh cendekiawan Cambridge yang ternama, Roger Ascham.

Di sisi lain, meskipun Ratu Elizabeth I hanya berusia kurang dari tiga tahun saat ibu kandungnya, Anne Boleyn, meninggal, pengaruh Anne tetap terasa di sepanjang masa hidupnya.

Sejarawan dan penulis Tracy Borman mengungkapkan bahwa Elizabeth I sangat dipengaruhi oleh ide-ide feminis Anne Boleyn yang mendahului zamannya.

Pengaruh sang ibu

Salah satu kesamaan yang mencolok antara ibu dan anak ini adalah pengalaman stres dan kecemasan.

Borman mengemukakan bahwa tekanan yang dialami Anne Boleyn untuk menghasilkan pewaris tahta "kemungkinan besar" menjadi penyebab tiga kali keguguran yang dideritanya.

Selain itu, teori lain menyebutkan bahwa Anne Boleyn memiliki kondisi rhesus negatif, yang juga dapat menyebabkan keguguran.

Namun, seperti ditulis oleh Lucy Knight di laman The Guardian, Borman menegaskan bahwa "tekanan dan stres tersebut pasti berdampak pada kesehatan fisik Anne."

Sementara itu, kehilangan sang ibu di usia dini meninggalkan trauma psikologis mendalam bagi Ratu Elizabeth I. Hal ini diungkapkan oleh sejarawan dan penulis Tracy Borman dalam bukunya "Elizabeth’s Women" yang mengisahkan para perempuan berpengaruh dalam kehidupan Elizabeth I.

"Elizabeth kerap dilanda serangan panik, yang pada masa itu disebut sebagai 'fits'," ungkap Borman seperti dilansir dari The Guardian. "Ia juga sering mengeluhkan sakit perut dan migrain. Jelas terlihat bahwa Elizabeth mengalami trauma berat akibat masa lalunya."

Trauma ini kian diperparah dengan tekanan untuk menikah. Elizabeth bahkan bisa menjadi histeris saat didesak untuk naik pelaminan.

Baca Juga: Termasuk Anne Boleyn, Ini 10 Skandal Perselingkuhan Paling Mengguncang Sejarah

Penolakan Elizabeth untuk menikah "bukan semata-mata karena urusan politik," tegas Borman. "Anne Boleyn meninggalkan jejak tak terhapuskan pada diri Elizabeth, baik secara fisik maupun emosional."

Berbicara di Hay Festival Wales, Borman menepis "mitos populer" bahwa Elizabeth I tidak memedulikan ibunya. "Tindakan Elizabeth berbicara lebih lantang daripada kata-kata," kata Borman.

Buktinya, Elizabeth diam-diam mengenakan liontin "A" milik Anne yang terkenal saat ia duduk untuk dilukis bersama ayah dan saudara kandungnya. Ia juga mengisi istananya dengan anggota keluarga Boleyn.

Ratu Elizabeth I dan ibunya, Anne Boleyn, juga memiliki kesamaan lain: mereka berdua dipengaruhi oleh Putri Prancis, Marguerite dari Navarre. Marguerite, seorang intelektual terkemuka, mengenalkan Anne Boleyn pada ide-ide feminis karya Christine de Pizan saat Anne tinggal di Prancis.

Elizabeth I menemukan kembali karya Marguerite melalui ibu tirinya, Catherine Parr. Ia bahkan menerjemahkan salah satu karya Marguerite yang paling terkenal, puisi Miroir de l'âme pécheresse ("Mirror of the Sinful Soul").

"Saya pikir itu adalah penghormatan yang tulus kepada mendiang ibunya," kata sejarawan dan penulis Tracy Borman. "Sama seperti Anne, Elizabeth adalah penggoda ulung." Borman percaya bahwa sang Ratu Perawan memang perawan. "Sejak usia dini, Elizabeth telah mengaitkan seks dengan kematian."