Sejarah Polio: Wabah Mematikan, Vaksinasi, dan Ancaman di Masa Depan

By Ade S, Rabu, 24 Juli 2024 | 14:03 WIB
Pelajari sejarah polio, dari wabah mematikan yang melumpuhkan anak-anak hingga kisah sukses vaksinasi. Temukan pula tantangannya di masa depan. (PHIL and USAID)

Kemudahan pemberian vaksin oral (OPV) menjadikannya senjata ampuh dalam memerangi polio. Keunggulan ini menjadikannya pilihan ideal untuk kampanye vaksinasi massal. Hungaria menjadi negara pertama yang menggunakan OPV pada Desember 1959, diikuti Cekoslovakia pada awal 1960.

Langkah berani Cekoslovakia ini membuahkan hasil gemilang. Negara ini berhasil menjadi yang pertama di dunia yang terbebas dari polio. Keberhasilan ini tak lepas dari peran krusial OPV.

Vaksin OPV memiliki keistimewaan yang menjadikannya kunci utama dalam pemberantasan polio secara total. Vaksin Salk (IPV) memang terbukti efektif dalam melindungi individu yang divaksinasi, namun tidak mampu menghentikan penyebaran virus polio antar anak.

Di sinilah OPV menunjukkan kekuatannya. Vaksin ini mampu memutus rantai penularan virus polio. Artinya, OPV tak hanya melindungi individu, tetapi juga berperan penting dalam menghentikan wabah polio secara efektif.

Upaya pemberantasan secara global

Setelah sukses memberantas cacar, Rotary International tak ingin berhenti melangkah. Pada tahun 1979, organisasi ini memulai proyek ambisius untuk memvaksinasi 6 juta anak di Filipina. Semangat ini kemudian diteruskan ke ranah global.

Pada tahun 1988, Majelis Kesehatan Dunia (WHA) mengambil langkah berani dengan mengeluarkan resolusi untuk pemberantasan polio. Tujuannya: menurunkan kasus polio secara permanen hingga nol, tanpa risiko munculnya kembali.

Di tahun yang sama, Inisiatif Eradikasi Polio Global (GPEI) pun lahir. Keputusan WHA ini tak lepas dari peran Rotary International. Mereka ingin memastikan momentum yang diraih dari pemberantasan cacar tidak hilang, dan tak ada lagi anak yang menderita kelumpuhan seumur hidup akibat polio.

Upaya ini membutuhkan kolaborasi global. Kontribusi besar dari masing-masing negara digabungkan dengan inisiatif dan bantuan internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berperan penting dalam mendukung kerja sama ini.

Dengan bantuan WHO, produksi vaksin juga ditingkatkan secara global. Kapasitas produksi yang signifikan dikembangkan di negara-negara seperti India dan Indonesia. Pada tahun 1995, kampanye vaksinasi massal pun digelar di China dan India.

Gerakan untuk mencapai dunia bebas polio terus bergulir. Hari Imunisasi Nasional (National Immunization Days) diselenggarakan di 19 negara Eropa dan Mediterania pada tahun 1995, dan di 23 negara Afrika pada tahun 2004.

Baca Juga: Vaksinasi, Salah Satu Cara Selamatkan Nyawa Anak-anak di Negara Miskin

Upaya gigih ini membuahkan hasil. Pada tahun 1994, benua Amerika berhasil terbebas dari polio, disusul wilayah Pasifik Barat yang menyusul pada tahun 2000.

Prestasi demi prestasi terus diraih. Pada tahun 2003, polio hanya tersisa di 6 negara endemis. Angka ini terus menurun menjadi 4 negara di tahun 2006.

Abad ke-21 menjadi saksi kemajuan pesat dalam memerangi polio. Dalam waktu kurang dari 2 dekade, kasus polio di seluruh dunia berhasil ditekan hingga lebih dari 99%.

Wilayah Asia Tenggara WHO dinyatakan bebas polio pada tahun 2014, disusul wilayah Afrika di tahun 2020. Di wilayah Mediterania Timur, jangkauan virus berhasil dibatasi hanya ke beberapa distrik saja.

Tantangan dan Harapan Baru

Meskipun dunia telah mencapai kemajuan luar biasa dalam memerangi polio, pertempuran ini belum sepenuhnya usai. Hingga Juli 2021, secara global hanya tercatat 2 kasus virus polio liar sepanjang tahun ini. Masing-masing satu kasus ditemukan di Afghanistan dan Pakistan.

Di balik kesuksesan vaksin OPV, sebuah tantangan baru muncul. Penggunaan vaksin OPV secara terus-menerus, meskipun terbukti aman dan efektif, berpotensi menghambat pemberantasan total penyakit polio.

Bagaimana bisa? Di wilayah dengan cakupan vaksinasi yang rendah, virus yang dilemahkan dalam vaksin OPV dapat kembali beredar di komunitas.

Dalam jangka waktu lama, virus ini berpotensi bermutasi secara genetik dan kembali menjadi virus "kuat" yang menyebabkan kelumpuhan. Virus ini dikenal sebagai circulating vaccine-derived polioviruses (cVDPVs).

Untungnya, populasi dengan tingkat imunisasi memadai akan terlindungi dari virus polio liar maupun virus yang berasal dari vaksin. Imunisasi yang tinggi menciptakan "kekebalan kelompok" yang melindungi mereka yang tidak dapat divaksinasi karena alasan kesehatan tertentu.