Ada Program Kredit Karbon untuk Petani Padi Lewat Metode Irigasi Tetes

By Ade S, Rabu, 24 Juli 2024 | 18:03 WIB
Orbia luncurkan program kredit karbon untuk budidaya padi, bantu petani raih penghasilan dan kurangi emisi metana. (hartono subagio)

Nationalgeographic.co.id—Industri pertanian terus beradaptasi dengan tantangan masa depan, salah satunya adalah perubahan iklim. Salah satu solusi inovatif yang muncul adalah program kredit karbon untuk budidaya padi.

Program ini memungkinkan petani padi untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan, seperti irigasi tetes. Irigasi tetes dapat mengurangi emisi metana secara signifikan, gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

Program kredit karbon ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi para petani. Dengan beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan, petani dapat meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya produksi.

Program ini masih dalam tahap awal, tetapi potensinya sangat besar. Jika banyak petani padi yang berpartisipasi, program ini dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memerangi perubahan iklim dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Bagaimana dengan Indonesia? Bisa jadi ini merupakan sebuah inovasi yang bisa membantu para petani padi kita.

Bisa 'hilangkan' puluhan juta mobil

Di tengah dunia bisnis yang penuh tantangan dan kebutuhan untuk keberlanjutan, Orbia hadir dengan solusi inovatif untuk budidaya padi.

Raksasa global ini, yang menjangkau lebih dari 50 negara dengan pendapatan tahunan melampaui AS$8 miliar (setara Rp129,8 triliun), meluncurkan program kredit karbon pertama di dunia untuk budidaya padi.

Inisiatif terobosan ini, yang dimulai di Venesia, Italia pada tahun 2022, kini diperluas ke India dan Turki. Program ini mendorong para petani untuk mengadopsi metode irigasi presisi, yang secara signifikan dapat mengurangi emisi metana sekaligus meningkatkan pendapatan jangka panjang mereka.

Kredit karbon, pada dasarnya izin yang mewakili pengurangan emisi gas rumah kaca, dihasilkan ketika petani beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan.

Mengingat bahwa padi berkontribusi lebih dari 10% emisi metana global, potensi dampak program ini sangatlah besar. Pakar industri memperkirakan bahwa jika hanya 10% petani padi yang mengadopsi irigasi tetes, pengurangan emisi akan setara dengan menghilangkan 40 juta mobil dari jalan raya.

Baca Juga: Bagaimana Serangan Israel ke Gaza Buat Lingkungan Semakin Menderita?

Kesuksesan di Italia

Tania Rabasa Kovacs, Wakil Presiden Keberlanjutan dan Urusan Korporat Orbia, menjelaskan awal mula program ini.

“Netafim, bisnis Pertanian Presisi Orbia, menciptakan program kredit karbon pertama di dunia untuk padi irigasi tetes pada tahun 2022,” jelasnya, seperti dilansir dari laman Environment Energy Leader.

“Tujuan program ini adalah untuk mengurangi emisi metana dari budidaya padi hingga hampir nol, sekaligus memberikan pendapatan jangka panjang tambahan kepada petani.”

Italia, sebagai produsen beras terbesar di Eropa dan negara penandatangan janji global metana, menjadi lokasi ideal untuk proyek percontohan.

Ilustrasi sawah. ( 4045)

Kovacs menjelaskan proses dan hasilnya: “La Fagiana Farm di Venesia, Italia adalah pengadopsi pertama kami pada tahun 2022. Italia adalah pilihan yang tepat karena mereka telah menandatangani janji global metana, dan mereka juga merupakan produsen beras terbesar di Eropa, khususnya beras risotto.”

Hasilnya sungguh luar biasa. “Kami memantau pertanian selama satu musim penuh – penting untuk memiliki data satu musim penuh untuk memastikan pengukuran akurat,” kata Kovacs.

“Kami menemukan bahwa teknologi irigasi tetes di Italia menghasilkan lebih banyak beras daripada budidaya padi sawah, dengan menggunakan 70% lebih sedikit air, 30% lebih sedikit pupuk, dan 36% lebih sedikit energi. Di saat yang sama, emisi metana berkurang hingga hampir nol.”

Berdasarkan kesuksesan di Italia, Orbia telah memperluas program ini ke lebih banyak pertanian di Italia dan melebarkan cakupannya untuk mencakup tanaman dan negara lain, termasuk Israel, India, dan Turki.

Program ini akan ditawarkan secara komersial setelah musim tanam berakhir dan Orbia memiliki data akurat tentang dampak lingkungan positifnya.

Baca Juga: Hasilkan Emisi Karbon Besar, Serangan Israel ke Gaza Jadi Ancaman Perubahan Iklim

Tantangan Adopsi

Kovacs mengakui bahwa transisi ke praktik berkelanjutan, terutama bagi petani kecil dengan sumber daya terbatas, bisa menjadi hambatan.

"Melakukan investasi awal untuk beralih ke praktik yang lebih ramah lingkungan memang sulit, terutama bagi petani kecil yang beroperasi dengan margin keuntungan yang tipis," papa Kovacs.

Kovacs menjelaskan tantangan unik yang dihadapi program ini di daerah di mana biaya air tidak menjadi faktor signifikan bagi petani.

"Salah satu hambatan terbesar untuk program padi kami adalah bahwa petani biasanya tidak dibebani biaya air. Akibatnya, mereka tidak langsung melihat manfaat bisnis dari program ini. Untuk mengatasinya, kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mendorong peralihan ke metode irigasi yang lebih efisien," ungkap Kovacs.

Kovacs pun mulai menekankan bahwa strategi yang dilakukan oleh Orbia tidak hanya berfokus pada penghematan air. Dia menekankan manfaat multidimensional dari penerapan irigasi tetes.

"Manfaat beralih ke irigasi tetes melampaui pengurangan emisi metana dan air. Manfaatnya meliputi peningkatan hasil panen, kesehatan tanah yang lebih baik, pengurangan penggunaan energi dan pupuk. Jika program kredit karbon dapat membuatnya lebih mudah diakses bagi petani, maka hambatan untuk mengadopsinya akan berkurang," jelas Kovacs.

Dengan meningkatnya popularitas kredit karbon dalam strategi keberlanjutan perusahaan, pengalaman Orbia menawarkan wawasan berharga. Sebab, menurut Kovacs, tantangan lainnya adalah pentingnya verifikasi yang ketat.

"Saat ini, tantangan terbesar untuk adopsi kredit karbon secara luas adalah kurangnya sistem verifikasi dan akreditasi terstandarisasi," terang Kovacs.

Orbia sendiri bermitra dengan Regrow Ag untuk Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi (MRV).

"Kami bekerja sama dengan mereka untuk mengukur dan memverifikasi dampak lingkungan dari metode produksi padi tradisional dibandingkan dengan sistem irigasi tetes Orbia Netafim," ujar Kovacs. "Kami kemudian menggunakan verifier offset karbon Verra untuk mengamankan kredit karbon. Kami menemukan bahwa pendekatan mereka terhadap pertanian adalah yang paling akurat dan ilmiah."

Baca Juga: Hari Hutan Sedunia: Yang Harus Disorot dalam Perlindungan Hutan Indonesia

Masa depan bagi petani dan bumi

Orbia menyadari bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan global secara berkelanjutan, diperlukan pendekatan yang inovatif. Oleh karena itu, perusahaan ini telah berinvestasi dalam startup seperti Tortuga AgTech, Seetree, dan Greeneye Technology.

Startup-startup ini mengembangkan teknologi canggih seperti robot panen, pemantauan kesehatan pohon, dan aplikasi bahan kimia presisi berbasis AI.

Selain teknologi mutakhir, Orbia juga fokus pada solusi digital untuk meningkatkan kontrol dan pemantauan operasi pertanian secara real-time. Teknologi ini bertujuan untuk membuat pertanian lebih berkelanjutan, efisien, dan tangguh dalam menghadapi perubahan iklim.

Saat sektor pertanian menghadapi tantangan berat dari perubahan iklim dan permintaan pangan global yang terus meningkat, pendekatan Orbia mencerminkan tren yang berkembang di industri ini.

Upaya perusahaan ini menunjukkan potensi solusi inovatif dalam mengatasi masalah ketahanan pangan dan lingkungan.

Meskipun dampak jangka panjang dari inisiatif ini masih harus dilihat, program kredit karbon Orbia telah menuai kritik.

Beberapa pihak berpendapat bahwa program ini memungkinkan perusahaan untuk mencemari lingkungan di satu tempat dan mengimbanginya di tempat lain. Pihak lainnya mempertanyakan kelangsungan program semacam itu dalam hal pengurangan emisi global secara nyata.

Kemampuan sektor pertanian untuk menyeimbangkan profitabilitas dengan pengelolaan lingkungan yang baik akan menjadi krusial dalam menghadapi masalah mendesak ini.

Upaya Orbia, bersama dengan pelaku industri lainnya, berpotensi membentuk lanskap pertanian berkelanjutan di masa depan.

Namun, pengawasan dan penyempurnaan program ini secara terus-menerus akan menjadi penting untuk memastikan efektivitasnya yang berkelanjutan dalam memerangi perubahan iklim.