Mengenang Mesranya Hubungan Kekaisaran Ottoman dengan Kerajaan Jawa

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 31 Juli 2024 | 12:00 WIB
Kekaisaran Ottoman (Turki Usmani) mempunyai hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, temasuk Jawa. (New Mandala)

Hubungan antara Turki Utsmani selama perjuangan Indonesia

Jejak pengaruh Kekhalifahan Turki juga terlihat dalam struktur militer Pangeran Diponegoro. Salah satu Brigade Laskar Diponegoro bernama "Turkiyo", konon berasal dari Turki.

Panglima tertinggi saat itu adalah Sentot Ali Basah, yang diadaptasi dari gelar Ali Pasha untuk jenderal militer Turki.

Sejarawan Anthony Reid melaporkan bahwa orang-orang Turki Utsmani beroperasi di Indonesia selama era Belanda, dan beberapa dari mereka ditangkap karena mendorong penduduk asli untuk memberontak melawan penjajahan Belanda.

Pada abad ke-19, banyak surat permintaan bantuan dari penguasa Indonesia kepada Kekaisaran Ottoman untuk menghadapi Belanda. Utsmani juga membuka konsulatnya di Batavia (Jakarta) pada akhir abad ke-19.

Sultan Thaha Syaifuddin dari Jambi meminta bantuan dari Khilafah; Sultan Thaha mengirim permintaan tertulis kepada Sultan Turki untuk mendapatkan pengakuan bahwa Jambi adalah wilayah Turki Utsmani.

Sultan Abdul Hamid II mendorong upaya untuk terus memperkuat persatuan Islam. Ini dikenal sebagai Pan-Islamisme, yang juga mencapai Indonesia (Hindia Belanda).

“Upaya ini terus berlanjut. Hingga tahun 1904, ada 7 hingga 8 konsul yang telah ditugaskan ke Khilafah Utsmani di Hindia Belanda,” jelas Meirison dkk.

Sebagai tanggapan terhadap gerakan unifikasi Islam oleh Khilafah Utsmani di Hindia Belanda, beberapa organisasi gerakan Islam mendukung kampanye tersebut. Abu Bakr Atjeh menyebutkan bahwa di antara organisasi-organisasi ini adalah Jam'iyat Khoir yang didirikan pada 17 Juli 1905 oleh keturunan Arab.

Kontribusi gerakan Islam ini dipublikasikan di surat kabar dan majalah di Istanbul, termasuk majalah Al-Manar. Khalifah Abdul Hamid II pernah mengirim utusannya ke Indonesia, bernama Ahmed Amin Bey, atas permintaan asosiasi untuk menyelidiki situasi umat Islam di Indonesia.

Akibatnya, pemerintah kolonial Hindia Belanda melarang orang Arab mengunjungi daerah-daerah tertentu.

Baca Juga: Saat Austria-Turki Terlibat Perang Terbodoh dalam Sejarah Dunia di Karánsebes