Sejarah Berdirinya Paus Memimpin Gereja Katolik dari Kekaisaran Romawi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 2 Agustus 2024 | 08:00 WIB
Lukisan karya Peter Paul Rubens, pada 1622 ini menceritakan babak Kaisar Konstantinus memeluk ajaran Kekristenan dalam sejarah Kekaisaran Romawi. Sangat sulit untuk menjadi pengikut ajaran Katolik di Roma karena intimidasi kaisar. Sejak Konstantinus berpindah agama, Paus lebih leluasa menyebarkan agamanya. (Peter Paul Rubens/Philadelphia Museum of Art.)

Linus adalah salah satu pengikut Paulus. Keberadaannya didokumentasikan dalam Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius yang ditulis antara 50–60 M. Paulus menyebut, Linus adalah yang menemaninya di Roma menjelang akhir hayatnya.

Tidak ada yang diketahui pada akhir hayat Linus. Banyak yang meyakini bahwa Linus mati syahid atas kekejaman Kekaisaran Romawi. Namun, dari dokumen sejarah seperti Martirologi Roma dan Buku Para Paus, keduanya ditulis pada abad ke-15, tidak menyebutkannya sebagai martir.

Setelah Linus, kepemimpinan Uskup Roma dilanjutkan pada Anekletus (?–92 M), Klemens I (skt. 35–skt. 98 M), Evaristus (?–108 M), dan Aleksander I (?–119 M), dan masih banyak lagi pada masa awal Kekristenan berkembang di Kekaisaran Romawi.

Banyak Paus pada periode ini yang tidak dikenal dan wafat sebagai martir—itu sebabnya masa kepemimpinannya  tidak berlangsung lama seperti Paus modern.

Ketika Kekaisaran Romawi mulai terbuka pada keuskupan

Kaisar Konstantinus I (skt. 272–337 M) adalah kunci dari keterbukaan Kekaisaran Romawi terhadap ajaran Kekristenan.

Sejarah menyebutkan bahwa ketertarikan Konstantinus I terhadap ajaran Kekristenan ini terjadi pada 312, sampai akhirnya dibaptis oleh uskup Arian bernama Eusebius dari Nikomedia. Sumber Gereja Katolik dan Ortodoks Koptik justru menyebut pembaptisan itu dilakukan oleh Paus Silvester.

Meski dianggap sebagai "Kaisar Romawi Pertama yang memeluk Kristen", namun ahli sejarah meragukan kekristenan kaisar yang mungkin politis. Terlepas dari perdebatannya, keterbukaan ini membuat Uskup Roma dapat mengadakan konsili (pertemuan uskup) terbuka di Roma.

Awalnya, umat lebih memilih ibadah secara diam-diam di rumah pribadi mereka. Ketika gereja-gereja didirikan, menjadi bangunan publik yang sama menonjolnya dengan kuil-kuil pemuja dewa-dewi kuno Romawi.

Bagian dalam dari Basilika Santo Paulus di Roma. Rumah suci ini dibangun Kaisar Konstantinus I yang terbuka terhadap ajaran Kekristenan di Kekaisaran Romawi. (Wikimedia Commons)

Beberapa gereja ini muncul dari rumah-rumah pribadi yang selama ini sering digunakan untuk beribadah, salah satunya Basilika Santo Yohanes dan Paulus di Roma.

Baca Juga: Apakah Nama Vatikan Ada Hubungannya dengan Dewi Etruska Vatika?