Pemilihan Belitong sendiri dilakukan didasari oleh berbagai pertimbangan. Mulai dari daerahnya yang memang terkenal indah, adanya nilai-nilai budaya yang menarik untuk dieksplorasi, serta adanya warisan geologis yang pantas untuk dipromosikan.
"Ada jejak-jejak sejarah dari kelautan bangsa (di Belitong)," ungkap Yoppi.
Buaya dan angin
Dengan total jarak tempuh sejauh 442 km, DJN Belitong memang terlihat lebih pendek dibandingkan dengan DJN Flores yang jarak tempuhnya mencapai lebih dari 1000 km.
Namun, menurut Priyo Utomo Laksono, Belitong memiliki tantangan tersendiri berupa angin yang lebih kencang dan adanya konflik manusia-buaya. Untuk itu, Ketua Harian DJN Belitong tersebut mengungkapkan bahwa tim melakukan latihan khusus sebagai mitigasi dari kedua tantangan tersebut.
Terkait angin yang diperkirakan akan lebih kencang dibandingkan dengan pesisir Flores, Priyo menyatakan tim telah melakukan berbagai latihan simulasi untuk bisa menakar wujud ombak yang muncul dalam kecepatan angin tertentu.
Sementara untuk tantangan berupa buaya, Priyo mengaku tim sudah sampai mengumpulkan data dari masyarakat terkait lokasi yang diketahui pernah menjadi titik terjadinya konflik manusia-buaya.
"Kita juga melakukan pelatihan menghadapi buaya langsung di tempat penangkaran buaya di Subang, Jawa Barat," lanjut Priyo.
Ditambah lagi, menurut pria yang juga terlibat dalam DJN Flores tersebut, tim juga sudah mencoba untuk membuka komunikasi dengan lembaga adat untuk meminta masukan dari sisi tradisi.
Penegasan Indonesia sebagai negeri bahari
Ramon Yusuf Tungka, Editor at Large SayaPilihBumi, mengaku sangat antusias dengan keterlibatannya dalam DJN Belitong. Bahkan, dirinya mengaku sangat bangga dan merasa terhormat karena dipercaya untuk menjadi salah seorang ekspeditor.
Baca Juga: Dayung Perahu Naga: Olahraga yang Bisa Ubah Fisik, Mental, dan Ekonomi