Nationalgeographic.co.id—Kapal OceanXplorer bukanlah sekadar kapal riset modern. Di dalam kapal milik OceanX—sebuah organisasi nirlaba asal Amerika Serikat—ini hiduplah puluhan orang dari berbagai latar belakang, tetapi dengan satu renjana yang sama: rasa cinta terhadap kehidupan laut. Salah satu dari puluhan orang itu adalah Larissa Frühe.
Di atas kapal sepanjang 87,1 meter itulah Larissa terbiasa hidup dan bekerja selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Perempuan asal Jerman ini terbiasa bekerja siang maupun malam, tergantung kapan sampel dari bawah laut diangkat ke OceanXplorer, yang disebut-sebut kapal eksplorasi, penelitian ilmiah, dan produksi media tercanggih di dunia saat ini.
Selasa lalu, 9 Juli 2024, tim National Geographic Indonesia berkesempatan menaiki kapal OceanXplorer dan menemui para awak kapal itu di sela-sela ekspedisi mereka yang bertajuk Misi Indonesia 2024 (Indonesia Mission 2024). Hari itu kapal OceanXplorer sedang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kami bisa naik ke kapal OceanXplorer berkat program tur edukasi OceanX. Tur ini diadakan OceanX bersama Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981.
Tur edukasi ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan explorasi laut bertajuk Misi Indonesia 2024—hasil kolaborasi antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan OceanX. Tanoto Foundation sendiri mendukung dari sisi pendidikan dengan tujuan untuk memajukan dan meningkatkan minat terhadap pendidikan kelautan.
“Kami berkomitmen untuk selalu mensupport pengembangan pemimpin masa depan melalui pendidikan berkualitas. Karena itu kami mendukung misi ini di mana pendekatan yang dilakukan oleh OceanX sejalan dan sevisi dengan kami. Kami mendukung peningkatan kualitas pendidikan, mereka melakukan pendekatan eksplorasi laut juga melalui pendidikan. Karena itu, kami sangat senang dapat berkolaborasi dengan OceanX,” ujar Country Head Tanoto Foundation Indonesia, Inge Kusuma.
“Melalui tur ini, kami berharap Tanoto Scholars (penerima beasiswa Tanoto Foundation) dan para peserta lainnya bisa mendapatkan pengetahuan baru dan pembelajaran secara langsung di lapangan, seperti: bagaimana mengeksplorasi laut, melakukan penelitian, melihat dan merasakan langsung teknologi canggih yang digunakan, dan sebagainya.”
Peneliti Larissa Frühe
Kesan canggih dan kekinian sudah terlihat dari kapal OceanXplorer sejak kami masuk ke dalamnya. Kapal dengan lebar 21,4 meter itu dilengkapi dengan dua kapal selam berawak untuk menyelam hingga kedalaman 1.000 meter, kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh (remote operated vehicle, ROV) untuk menyelam hingga 6.000 meter, laboratorium penelitian mutakhir, kemampuan pengurutan DNA generasi berikutnya, kemampuan pemetaan akustik penuh, serta analisis konduktivitas, suhu, dan kedalaman. Laboratorium yang ada di kapal ini antara lain laboratorium basah dan laboratorium kering.
Di ruang laboratorium kering itulah Larissa Frühe biasa bekerja. Sebagai Residence Scientist di OceanX, Larissa mengelola program genomik di OceanXplorer. Sebelum bergabung dengan tim OceanX, penelitian Larissa berfokus pada penggunaan eDNA untuk mengeksplorasi ekosistem seperti terumbu karang, padang lamun, mangrove, atau survei perubahan komunitas (mikroba) di habitat laut.
Baca Juga: 'Mind Blowing': Pengalaman Mahasiswa Indonesia Menaiki Kapal OceanX
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR